ukhuwah

ukhuwah

Jumat, 16 Desember 2011

Orang Orang Yang Didoakan Malaikat

Insya Allah berikut inilah orang – orang yang didoakan oleh para malaikat :
1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa ‘Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci”. (Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar.ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)
2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia’” (Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Muslim no. 469)
3. Orang – orang yang berada di shaf barisan depan di dalam shalat berjamaah. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang – orang) yang berada pada shaf – shaf terdepan” (Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra’ bin ‘Azib ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)
4. Orang – orang yang menyambung shaf pada sholat berjamaah (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf).
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang – orang yang menyambung shaf – shaf” (Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)
5. Para malaikat mengucapkan ‘Amin’ ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah.
Rasulullah SAW bersabda, “Jika seorang Imam membaca ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaalinn’, maka ucapkanlah oleh kalian ‘aamiin’, karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu”. (Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 782)
6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.
Rasulullah SAW bersabda, “Para malaikat akan selalu bershalawat ( berdoa ) kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, ‘Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia’” (Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)
7. Orang – orang yang melakukan shalat shubuh dan ‘ashar secara berjama’ah. Rasulullah SAW bersabda, “Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat ‘ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat ‘ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?’, mereka menjawab, ‘Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat’” (Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)
8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.
Rasulullah SAW bersabda, “Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata ‘aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan’” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda’ ra., Shahih Muslim no. 2733)
9. Orang – orang yang berinfak.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak’. Dan lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit’” (Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)
10. Orang yang sedang makan sahur.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat (berdoa ) kepada orang – orang yang sedang makan sahur” Insya Allah termasuk disaat sahur untuk puasa “sunnah” (Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)
11. Orang yang sedang menjenguk orang sakit.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh” (Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib ra., Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar,”Sanadnya shahih”)
12. Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
Rasulullah SAW bersabda, “Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain” (Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)
Sumber :http://puarman.blogspot.com

Rabu, 14 Desember 2011

Menangis… Beginilah Para Sahabat Menangis

Seorang ikhwah mengeluhkan, ada kehilangan yang ia rasakan antara beberapa tahun lalu ketika ia aktif di dakwah kampus dengan hari-hari ini dalam medan dakwah yang berbeda. Diantaranya adalah menangis. Ikhwah lain membenarkan. “Dulu, begitu mudah kita menangis ketika mabit, mendengar taujih, dan hampir di semua acara tarbawi lainnya,” katanya mengenang. Entah mengapa, beberapa waktu terakhir ia susah mengeluarkan air dari mata yang sama. Dan ternyata bukan dua ikhwah itu saja yang mengalaminya.
Menangis, menangis karena Allah, menyesali dosa, takut neraka, mengadu padaNya akan beratnya beban, merisaukan nasib umat yang tengah diperjuangkan, atau bersedih atas kondisi kaum muslimin di kawasan, adalah bagian tazkiyah yang harusnya tetap bertahan dalam dakwah. Mungkin tidak terbayang bagi orang-orang yang keras hati, bahwa bulir-bulir bening itu akan membasahi pipi. Namun demikianlah, menangis telah dicontohkan Sang Nabi dan para sahabatnya, generasi terbaik umat ini.
“Takkan masuk neraka orang yang menangis karena Allah…” demikian Sabda Rasulullah yang diriwayatkan Tirmidzi.
Pada kesempatan lain, manusia mulia itu menyebutkan tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan dari Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungannya. Dari riwayat Al-Bukhari dan Muslim kita mendapatkan kabar gembira. Bahwa salah satu dari tujuh golongan itu adalah “orang yang ingat Allah di kala sendirian sehingga kedua matanya berlinang.”
Pada kesempatan berbeda, beliau juga mengabarkan keutamaan menangis yang sangat luar biasa. “Dua mata yang tak tersentuh api neraka,” sabda Sang Nabi yang direkam Tirmidzi, “mata yang menangis karena takut pada Allah dan mata yang berjaga di jalan Allah”
Rasulullah pernah meminta Ibnu Mas’ud membacakan Al-Qur’an. Ibnu Mas’ud kala itu membaca surat An-Nisa’. Ketika sampai pada ayat 41, Rasulullah menyuruhnya berhenti sambil berlinang air mata membasahi pipi.
Para sahabat adalah generasi yang banyak menangis. Para ahlus suffah rela hidup miskin asalkan bisa lebih dekat kepada Allah dan dapat menyimak hadits Nabi. Ketika turun ayat tertentu, hati mereka bergetar, air mata perlahan keluar. Seperti saat itu, turunlah surat An-Najm ayat 59-60. Nabi menangis, para sahabat ahlus suffah yang ada di sana juga menangis.
Umar bin Khatab membaca surat Yusuf. Ketika sampai di ayat 86, sahabat Nabi yang kekar, tegap dan ksatria itu menangis sejadi-jadinya. Tenggorokannya seperti tercekik. lalu Umar yang ditakuti syetan itu terjatuh dan demam.
Suatu hari Ibnu Umar membaca surat Al-Muthaffifin, ketika sampai di ayat 6, ia terhenti lama sekali karena tangisnya yang panjang tak kunjung reda
Selain menangis ketika mentadaburi Al-Qur’an, para sahabat juga mudah menangis ketika mengingat akhirat, alam barzah dan kematian.
Utsman bin Affan yang dermawan dan ahli sedekah, jika melewati kuburan menangis hingga janggutnya basah. “Kubur itu adalah gerbang akhirat,” katanya, “jika disiksa di sana disiska pula kita di neraka”
Abu Hurairah menangis di kala sakitnya. Ketika ditanya ia menjawab, “Bukan dunia yang kutangisi, tapi panjangnya perjalanan yang akan kuhadapi dan sedikitnya bekal yang kubawa ke akhirat nanti.”
Memuhasabahi dirinya, membuat para sahabat menangis. Mereka khawatir ada penyakit hati dalam dirinya, padahal mereka adalah orang-orang yang paling mulia.
Umar pernah mendapati Muadz bin Jabal menangis seorang diri. Ternyata Muadz menangis karena mentadaburi hadits tentang riya’ lalu ia khawatir penyakit itu hinggap di hatinya.
Salman al Farisi menangis menjelang wafatnya. Ia takut tak bisa memenuhi nasehat Nabi untuk zuhud dalam hidup ini. Padahal harta Salman saat itu hanyalah ember untuk mencuci dan mandi.
Tidak mendapati cita-cita akhiratnya tercapai juga membuat sahabat seperti Khalid bin Walid menangis. Air mata yang terus mengalir membuat Khalid tak bisa tidur menjelang wafatnya. “Aku ingin mati syahid,” kata panglima perang tak terkalahkan itu, “tapi kini aku akan mati di atas tempat tidur seperti matinya unta”
Bahkan, kekayaan ataupun kemenangan juga membuat sahabat menangis. Mereka khawatir jika kekayaan atau kemenangan itu justru menjadi sebab kecelakaan di masa yang akan datang; baik di dunia ini maupun di akhirat negeri abadi.
Abdurrahman bin Auf menangis karena kekayaannya. Ia justru iri dengan Mushab, dai muda yang dianggapnya lebih baik dari dirinya; Begitu miskinnya hingga kain kafan Mush’ab di hari syahidnya tak cukup menutup seluruh tubuhnya.
Ketika wilayah Islam bertambah, Abu Darda justru menangis Jubair yang bertanya dijawabnya: “Jika mereka ingkar hukum Allah, kelak akan dituai hasilnya”
Jika demikian halnya, bukankah terlalu banyak sebab bagi kita untuk bisa menangis. Namun mengapa? Kita berlindung kepada Allah dari hati yang mengeras dan kalbu yang tidak ikhlas

~:: Jika Hati Pernah Terbagi ::~

Allah SWT memberi jodoh sesuai dengan cerminan diri kita. Maka coba tanyakan pada nurani, apakah kita tega hanya memberi hati yang ‘sisa’ kepada suami/istri kita? Sementara tanyakan pada logika, apakah kita siap hanya mendapat hati yang ‘sisa’ dari suami/istri kita?
Sumber: http://maiyaazyza.blogspot.com/2011/11/ketika-hati-pernah-terbagi.html

Papan Kayu, Paku, dan Lubang

Jika hati itu ibarat papan kayu, maka pasangan hidup adalah pakunya.Sedang lubang yang tertinggal di papan tatkala paku dicabut adalah kenangan. Meski paku tak lagi bersarang, namun tubuh papan telah berubah. Tubuhnya kini tak lagi mulus lantaran lubang-lubang yang bersemayam. Banyaknya lubang tentu saja tergantung dari banyaknya paku yang sempat tertanam. Dan besar kecilnya lubang tergantung pula dari bagaimana paku mengoyak papan kayu.
Harus diakui, siapa pun orang di sekitar kita pasti memiliki tempat tersendiri di hati. Berdasarkan perbedaan porsi, muncullah klasifikasi status sosial-pribadi: kenalan, teman, sahabat, saudara, keluarga, atau bahkan kekasih. Klasifikasi tersebut memiliki satu pondasi: CINTA.
Kualitas cinta akan semakin sempurna apabila memiliki porsi yang total. Sepenuh hati. Suci. Cinta seperti ini tentu saja didasarkan bukan semata-mata cinta karena makhluk, melainkan cinta karena Allah SWT.Cinta seperti inilah yang patut kita realisasikan dalam kehidupan, termasuk pernikahan.


Jangan Hanya ‘Sisa’

Bukankah rumah yang kokoh itu tidak dibangun dari kayu yang rapuh? Pun begitu dengan pernikahan. Dibutuhkan hati yang utuh untuk menciptakan pernikahan yang kokoh.
Tapi justru dewasa ini, kita disuguhkan dengan fenomena permainan hati (pacaran) yang kian semarak. Di mana sebelum menikah, hati dibuka lebar-lebar layaknya hotel untuk disinggahi banyak orang secara ‘temporer’, namun memberi bekas secara ‘permanen’. Bagaimana tidak, pernikahan dengan kondisi hati seperti ini akan melahirkan banyak perbandingan lantaran kenangan-kenangan dengan ‘si dia’, ‘si dia’, atau ‘si mereka’ yang terus saja membayang di setiap jengkal kehidupan. Manakala suami/istri kita menyuapi bubur misalnya, terlintas begitu saja bayangan ‘si dia’ yang dulu juga pernah menyuapi kita bubur. Ketika melintas di kerumunan, lalu mencium bau parfum yang khas, ingat ‘si dia’ yang juga memiliki harum yang sama. Lalu kemudian mulai membandingkan, kenapa suami/istri kita tidak wangi seperti ‘si dia’.
Sejenak mungkin tubuh kita hadir bersama suami/istri, namun pikiran melayang membayangkan kisah-kisah indah bersama ‘si dia’. Hal itu disebabkan oleh pemberian hati yang tidak utuh lantaran telah banyak lubang yang dihasilkan tusukkan-tusukkan cinta yang ‘semu’ dari masa lalu. Menyedihkan, bukan?

Bayangkan, ketika kita melihat kertas polos dengan satu nama di tengahnya, mata kita akan menangkap satu sentralisasi konsentrasi yang utuh. Namun tidak demikian apabila terdapat banyak nama dan tulisan di kertas tersebut. Mata kita akan mendapati banyak nama dan konsentrasi kita menjadi tidak fokus. Meski pun nama yang dituju telah diberi tanda khusus, lingkaran misalnya, namun tetap saja kertas itu tidak bersih dan indah. Tulisan-tulisan selain yang dilingkari kerap kali mengganggu.

Hal serupa terjadi pada hati kita. Hati yang belum pernah terjamah permainan cinta akan fokus terhadap satu nama pertama dan terakhir. Di mana nama tersebut tertulis sebagai pendamping hidup kita: ‘fulan bin fulan’ atau ‘fulanah binti fulan’.

Allah SWT memberi jodoh sesuai dengan cerminan diri kita. Maka coba tanyakan pada nurani, apakah kita tega hanya memberi hati yang ‘sisa’ kepada suami/istri kita? Sementara tanyakan pada logika, apakah kita siap hanya mendapat hati yang ‘sisa’ dari suami/istri kita?

Rumah yang Kokoh

Sungguh indah segala keteraturan. Layaknya lalu lintas, indahnya keselamatan akan tercipta apabila para pengguna jalan mematuhi rambu-rambu yang ada secara teratur. Untuk membentuk rumah tangga yang indah pun perlu adanya sebuah keteraturan dalam membangunnya: keteraturan menjaga hati dan kesucian diri.

Sebelum berumah tangga, seorang Muslim haruslah menjaga kesuciannya. Menjaga diri dari masuknya cinta selain untuk Allah SWT. Maka dari itu tidaklah dibenarkan untuk mengikuti langkah-langkah syetan dengan mengumbar cinta atau berpacaran sebelum menikah. Dengan begitu hati akan tetap terjaga kesuciannya dari lubang-lubang cinta yang tidak semestinya.

Tatkala menikah, hati yang utuh dan suci akan merasa bahagia dengan cinta pertama dan terakhir. Cinta yang diberikan kepada suami/istri dalam balutan ridho Illahi. Cinta yang utuh, lantaran hati tak pernah terjamah cinta yang lain. Cinta yang suci, lantaran hati tak pernah terkotori cinta yang salah. Cinta seperti inilah dapat saling melindungi dan memberikan nuansa kemurnian cinta yang sesungguhnya dalam rumah tangga.

Serupa rumah yang kokoh, akan memberi perlindungan apabila komponen dasarnya juga utuh dan kokoh.
Kini tengoklah ke dalam hati, sudah sejauh mana hati terbagi?

Bagi sahabat yang sudah pernah atau malah sudah sering hingga menjadi kebiasaan memberikan hatinya pada yang belum halal untuknya, yuuukkk, mulai dari sekarang di stop.^___^

Referensi Lainnya : http://kembanganggrek2.blogspot.com/

Belajar Dari Musibah

Hidup di dunia adalah ujian, Allah swt berfirman: “Dialah yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia lebih perkasa lagi Maha Pengampun” (QS. Al- Mulk/67:2). Maka peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia ini adakalanya terasa manis, atau sebaliknya ada yang terasa pahit. Ada kejadian-kejadiannya yang tampak indah dan menyenangkan, atau sebaliknya ada yang tampak jelek dan menakutkan.
Semua yang manis, indah dan menyenangkan, itulah mungkin yang kita sebut kenikmatan dan karunia. Adapun semua yang pahit, jelek dan menakutkan dari peristiwa yang menimpah kita, itulah mungkin yang kita sebut musibah.
Yang perlu kita bangun dalam diri kita adalah bahwa dibalik peristiwa itu ada hikmah, baik yang dinilai sebagai keburukan atau kebaikan, bukankah Allah mengatakan dalam Al-Qur’an bahwasannya: “Dialah yang membuat segala sesuatu dengan sebaik-baiknya” (QS. Al-sajdah/32:7).
Prof. M. Quraiys Shihab mengatakan: “Segala yang diciptakan oleh Allah semuanya adalah baik. Keburukan adalah akibat keterbatasan pandangan. Ia sebenarnya tidak buruk, tetapi nalar manusia mengiranya demikian. Keterbatasan pandangan pada objek tersebut menjadikan si pemandang melihatnya buruk. Tetapi jika wajah dipandang secara menyeluruh, maka titik hitam tersebut justru menjadi unsur kecantikannya.
Karena itulah, maka Allah mengingatkan bahwa: “Boleh jadi engkau tidak senang kepada sesuatu, padahal dia itu baik untuk kamu, dan boleh jadi juga engkau menyenangi sesuatu padahal itu buruk untuk kamu, Allah mengatahui dan kamu tidak mengetahui” (QS. Al-Baqarah/2:216). (Jurnal Studi Al-Qur’an, Januari 2006).
Musibah dan Bala’ (ujian) Pasti Datang.
“Dan aku pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah/2:155).
Itulah beberapa musibah atau bala’ yang dapat menimpah semua orang. Baik disebabkan karena ulah jahat manusia atau memang sudah kehendak Allah swt, untuk menjelaskan bahwa kehidupan ini adalah ujian. “Tak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah” (QS.Al- Taghaabun/64:11).
Musibah pada dasarnya didatangkan Allah karena ulah atau kesalahan manusia. Sedangkan bala’ tidak mesti demikian, dan bahwa tujuan bala’ adalah peningkatan derajat seseorang di hadapan Allah SWT.
Maka kita dapat mendengar, melihat, bahkan mungkin merasakannya sendiri adanya musibah atau bala’. Orang yang tinggal di daerah dataran tinggi, dengan mudah terkena musibah longsor. Yang tinggal di daerah dataran rendah, dengan mudah tersapu musibah banjir. Dan yang merasa aman, karena ia tinggal di daerah yang dipandang aman, jauh dari longsor ataupun banjir, kalau waktunya sudah tiba, musibah pasti datang kepadanya, atau justru ia yang mendatangi musibah.
Musibah itu bisa berupa kebakaran, kecelakaan, sakit, kematian dan yang lainnya. Dan cukuplah sebagai pelajaran yang tak terlupakan sekaligus peringatan bagi kita semua, ketika Allah swt menunjukkan kembali sedikit keagungan dan kebesaran- Nya, dengan tsunami yang terjadi di Jepang yang mengakibatkan banyak korban jiwa. Sungguh merupakan peristiwa yang sangat luar biasa serta menimbulkan dampak yang amat besar.
Musibah, bala’ & Sikap seorang Muslim
Karena ujian dan musibah merupakan sebuah kepastian, maka tak seorangpun yang luput darinya. Semakin tinggi kedudukan seseorang, semakin berat pula ujiannya. Karena itu, Rasulullah saw pernah mengajarkan jurus jitu kepada umat Islam dalam menjalani ujian hidup ini, terutama untuk menghadapi musibahnya, sekaligus sebagai pujian bagi seorang mukmin yang telah berhasil mendapatkan manisnya keimanan.
Rasulullah saw mengatakan: “Orang mukmin itu memiliki keunikan, sehingga suluruh urusannya menjadi baik untuknya, dan keunikan ini tidak dimiliki oleh siapapun kecuali oleh orang yang mukmin. Yaitu; apabila ia mendapatkan kenikmatan, ia pandai bersyukur, hal ini baik baginya, dan apabila ia mendapatkan musibah, ia tegar bersabar, hal ini juga baik baginya” (HR. Muslim, riwayat dari sahabat Abu Yahya Shuhaib bin Sinan ra).
Bahkan di dalam hadits qudsiy, Rasulullah menerangkan, bahwa Allah berfirman:  “Tidak ada balasan bagi hamba-Ku yang mukmin dari penduduk dunia, ketika Aku mengambil kesenagannya lalu ia merelakannya, kecuali surga” (HR. Bukhari, riwayat dari Abu Hurairah ra).
Sehingga seorang muslim dengan keimanan yang ia miliki dapat melihat ujian atau bala’ sebagai hal yang menyenangkan. Allah berfirman: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Aku akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai fitnah. Dan hanya kepada Akulah kamu dikembalikan” (QS. Al-Anbiya/21:35). Nabi Sulaiman as, misalnya, yang diberi aneka kuasa dan kenikmatan, menyadari fungsi nikmat sebagai ujian sehingga beliau berkata sebagimana diabadikan Al-Qur’an: “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmatnya)?” (QS. Al-Naml/27:40).
Maka cukuplah sebagai solusi terapi mental yang paling manjur bagi orang-orang yang beriman ketika musibah dunia menguncangnya, pesan Allah berikut ini: “… Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu, orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata:”Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un” (sesungguhnya kami milik Allah, dan kepada-Nya kami kembali). Mereka itulah orang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. Al-Baqarah/2:155-157).
Dengan ingat dan sadar, dari mana kita berasal, untuk apa kita hidup dan kemana kita akan kembali? seseorang akan mendapatkan kembali kekuatan dan staminanya untuk terus bertahan dan melanjutkan sisa perjalanan hidupnya untuk menjadi lebih baik. Sementara ajaran idiologi selain Islam tidak sanggup menyelamatkan pemeluknya dari keterpurukan moral dan mental bahkan bunuh diri, di saat peristiwa dunia menghimpitnya dan musibah mengguncang kehidupannya. Maha Suci Engkau ya Allah, yang seluruh penghuni langit dan bumi selalu bertasbih kepada-Mu.
Musibah Adalah Ujian
Musibah ini diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman untuk menguji keimanan mereka, agar di ketahui siapa di antara mereka yang imannya benar-benar mutiara dan yang imannya hanya sekedar beling pecahan kaca.
Allah berfirman: ”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan “kami telah beriman” sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta” (QS. )
Maka musibah ini bertujuan untuk menempa manusia beriman, agar tidak berputus asa akibat jatuhnya musibah, walau hal tersebut terjadi karena kesalahan sendiri. Sebab boleh jadi ada kesalahan yang tidak disengaja atau karena kelengahan. Dalam Al-Qur’an Allah SWT menjelaskan: “Tidak suatu musibah pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudh) sebelum Aku menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Aku jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Al-Hadid/57:22)
Musibah adalah peringatan & peghapus dosa
Musibah ini diberikan kepada orang-orang mukmin yang telah melakukan dosa dan berhak untuk disiksa, lalu Allah ingin menghapus dosa-dosanya dengan musibah ini agar selamat dari siksa-Nya. “dan musibah apapun yang menimpa kamu, maka ia disebabkan oleh perbuatan tangan kamu sendiri, dan Allah mema’afkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS. Al-Syura/42:30).
“Tak satupun musibah yang menimpah orang mukmin, seperti sakit, rasa lelah, duka, cemas dan kesedihan sampai duri yang menusuknya, kecuali dosa-dosanya akan dihapus dengannya” (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan ahmad. Riwayat dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah ra).
Di ayat yang lain Allah berfirman: “Nikmat apa saja yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja yang menimpamu, maka dari (keselahan) dirimu sendiri” (QS. Al-Nisa’/4:79).
Musibah adalah adzab
Musibah ini datang sebagai tanda murka Allah kepada orang-orang pelaku dosa dan jauh dari keimanan dan taqwa. “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa. Pastilah Aku akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat-Ku) itu, maka Aku siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan-Ku di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan-Ku di waktu pagi hari ketika mereka sedang bermain?
Maka apakah mereka merasa aman dari Adzab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang yang merugi. (QS. Al-A’rof/7:96-99).
Menghadapi musibah ini, masyarakat pelaku kejahatan dan dosa harus segera kembali kepada ajaran Allah dan syari’at-Nya, dengan bertaubat secara serius dan istighfar sebanyak-banyaknya.
sumber http://www.almanar.co.id/

~::*Istikharah Cinta*::~ 2(Jangan Mempersulit)

“Barangsiapa yang mempermudah urusan orang yang mengalami kesulitan, maka Allah akan mempermudah urusannya di dunia dan di akhirat” (HR. Ibnu Majah).


... Bangun dari tidur, kita langsung disambut oleh alam yang menawarkan berbagai kemudahan.

Ada air yang memudahkan untuk membasuh muka.

Ada tanah yang memudahkan telapak kaki untuk berpijak.

Ada matahari yang menerangi arah langkah.

Dan ada berbagai kemudahan lain yang siap pakai, meskipun tak dipakai pada saat yang sama.

Namun mengapa sebahagian manusia tidak berterimakasih kepada Pencipta segala kemudahan itu, dengan cara memberi kemudahan kepada hamba-hambaNya yang membutuhkan pertolongan?

Jujur harus diakui, ada di antara manusia yang suka mempersulit urusan hamba-hamba Allah di dunia ini. Urusan umat yang seharusnya bisa diselesaikan secara singkat sengaja dibuat menjadi panjang. Yang mudah sengaja dibuat berbelit.

Tak jarang, yang menjadi korbannya adalah orang-orang yang seharusnya paling pantas segera dibantu, terutama orang-orang lemah, yang terkena musibah, atau kalangan masyarakat biasa. Sedangkan yang dipermudah adalah orang-orang yang hidupnya sudah memiliki banyak kemudahan, seperti yang berpangkat atau berharta banyak.

Padahal mempersulit urusan umat bukan tak beresiko besar.

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, "Siapa saja yang mempersulit urusan orang lain, maka akan dipersulit urusannya dan dicatat sebagai dosa."

Tentunya ini bukan hanya urusan-urusan di dunia, tetapi juga di akhirat kelak.

Renungan Hati ^^"

Ketika bertemu seseorang yang membuat kita tertarik,maka itu BUKAN PILIHAN,tapi itu adalah KESEMPATAN.

Bila kita memutuskan untuk mencintai orang tersebut dengan segala kekurangannya,maka itu BUKAN KESEMPATAN,tapi itu adalah PILIHAN.

Ketika kita memilih bersama seseorang walau apapun yang terjadi,bahkan di saat kita menyadari bahwa masih banyak orang lain yang lebih menarik, labia pandai,lebih k...aya daripada pasangan kita,dan tetap memilih untuk mencintainya, maka itu BUKAN KESEMPATAN,tapi itu adalah PILIHAN.

Perasaan cinta,simpatik,dan tertarik datang sebagai KESEMPATAN dalam hidup,tetapi cinta yang dewasa,mencintai dengan komitmen di hadapan Allah dan manusia adalah PILIHAN.

Mungkin KESEMPATAN mempertemukan kita dengan pasangan jiwa,tetapi mencintai dan tetap bersama pasangan jiwa adalah PILIHAN yang harus kita pertanggung jawabkan di hadapan Allah Swt

Kita berada di dunia bukan untuk mencari seseorang yang sempurna untuk dicintai,tetapi untuk BELAJAR mencintai orang yang belum sempurna agar keberadaan kita mampu menyempurnakan ketidaksempurnaanya.

Mari kita BELAJAR mencintai dan menyayangi pasangan kita yang belum sempurna dengan cara yang sempurna,karena tulang rusuk kita adalah pasangan kita,belahan jiwa kita agar kita pun menjadi insan yg sempurna di hadapan Allah.

Takdir yang mempertemukan dgn pasangan kita dan rancangan yang indahpun telah disiapkan oleh-Nya.

Hati Seorang Ayah

ada seorang anak wanita bertanya kepada ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk-bungkuk, disertai suara batuk-batuknya.

Anak wanita itu bertanya pada ayahnya: Ayah , mengapa wajah ayah kian berkerut-merut dengan badan ayah yang kian hari kian terbungkuk?”

Demikian pertanyaannya, ketika ayahnya sedang santai di beranda.

Ayahnya menjawab : “Sebab aku laki-laki.” itulah jawaban ayahnya.

Anak wanita itu berguman : ” Aku tidak mengerti.”

Dengan kerut-kening karena jawaban ayahnya membuatnya tercenung rasa penasaran.
Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanita itu, terus menepuk nepuk bahunya, kemudian ayahnya mengatakan :

“Anakku, kamu memang belum mengerti tentang laki-laki.”

Demikian bisik ayahnya, membuat anak wanita itu tambah kebingungan.

Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri ibunya lalu bertanya :

“Ibu mengapa wajah ayah menjadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian terbungkuk? Dan sepertinya ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit?”

Ibunya menjawab : “Anakku, jika seorang laki-laki yang benar benar bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian.”

Hanya itu jawaban sang bunda.

Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi dia tetap saja penasaran.

Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi.
Di dalam mimpi itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas
sekali.Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa penasarannya selama ini.

“Saat Ku-ciptakan laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman teduh dan terlindungi. “

“Kuciptakan bahunya yang kekar & berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh keluarganya & kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya. “

“Kuberikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapatkan cercaan dari anak-anaknya. “

“Kuberikan keperkasaan & mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya basah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan hembusan angin, dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya & yang selalu
dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih payahnya.”

“Kuberikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat & membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerap kali menyerangnya. “

“Kuberikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai & mengasihi keluarganya, didalam kondisi & situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya melukai hatinya.Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap.Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi & mengasihi sesama saudara.”

“Kuberikan kebijaksanaan & kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan padanya untuk memberikan pengetahuan & menyadarkan, bahwa istri yang baik adalah istri yang setia terhadap suaminya, istri yang baik adalah istri yang senantiasa menemani. & bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka.
Walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada Istri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar & saling melengkapi serta saling menyayangi.”

“Kuberikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti bahwa laki-laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari & menemukan cara agar keluarganya bisa hidup di dalam keluarga bahagia.
Dan badannya yang terbungkuk agar dapat membuktikan, bahwa sebagai laki-laki yang bertanggung jawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya.”

“Kuberikan kepada laki-laki tanggung jawab penuh sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung jawab ini adalah amanah di Dunia & Akhirat.”

Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari, berlutut & berdoa hingga menjelang subuh.

Setelah itu dia hampiri bilik ayahnya yang sedang berdoa, ketika ayahnya berdiri anak wanita itu merengkuh dan mencium telapak tangan ayahnya.

” Aku mendengar & merasakan bebanmu, ayah…”

Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu agung, tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan ayah…

With love to all father ” Jika kamu mencintai ayahmu – sekarang merasa sebagai seorang ayah kirimlah cerita ini kepada orang lain, agar seluruh orang di dunia ini dapat mencintai & menyayangi ayahnya & dan mencintai kita sebagai seorang ayah.

Berbahagialah yang masih memiliki ayah.
Dan lakukanlah yang terbaik untuknya…

Berbahagialah yang merasa sebagai ayah.
Dan lakukanlah yang terbaik untuk keluarga kita…

Semoga bermanfaat
Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda note ini bermanfaat.

Referensi Lainnya : http://kembanganggrek2.blogspot.com/

pintu-pintu syurga

Ibnu Abbas ra. berkata: Surga mempunyai 8 pintu yang terbuat dari emas, yang dihiasi dengan jauhar (sejenis mutiara) dan pada pintu yang pertama tertulis kalimat LAA ILAAHA ILLALLAAH MUHAMMADUR RASUULULLAH, yaitu pintu bagi para Nabi dan Rasul, syuhada’ dan juga pintunya orang-orang yang dermawan.Pintu yang kedua yaitu pintu bagi orang-orang yang mendirikan shalat, orang yang menyempurnakan wudhunya dan orang yang menyempurnakan rukun-rukun shalatnya. Pintu yang ketiga yaitu pintu bagi orang-orang yang memberikan zakatnya dengan senang hati dan ikhlas. Pintu yang keempat yaitu pintu bagi orang-orang yang memerintahkan kepada kebajikan dan mencegah terhadap perbuatan munkar. Pintu yang kelima yaitu pintu bagi orang-orang yang dapat memelihara syahwatnya dan mencegah dari nafsu yang buruk. Pintu yang keenam yaitu pintu bagi orang-orang yang melaksanakan haji dan umrah.Pintu yang ketujuh yaitu pintu bagi orang-orang yang berjihad (dijalan Allah). Dan pintu yang kedelapan yaitu pintu bagi orang-orang yang bertaqwa, yaitu orang yang memejamkan matanya dari perbuatan dan sesuatu yang haram, orang-orang yang melakukan kebaikan, diantaranya: berbuat baik kepada orang tua, mempererat tali persaudaraan (silaturrahim) dan lain sebagainya.

Surga ada 8 (delapan)macam:
  1. Darul Jalal yaitu surga yang terbuat dari mutiara putih.
  2. Darus Salam yaitu surga yang terbuat dari yaqut merah.
  3. Jannatul Ma’wa yaitu surga yang terbuat dari zabarjud hijau.
  4. Jannatul Khuldi yaitu surga yang terbuat dari marjan yang berwarna merah dan kuning.
  5. Jannatun Na’im yaitu surga yang terbuat dari perak putih.
  6. Jannatul Firdaus yaitu surga yang terbuat dari emas merah.
  7. Jannatul ‘Adn yaitu surga yang terbuat dari intan putih.
  8. Darul Qarar yaitu surga yang terbuat dari emas merah.

Darul Qarar adalah surga yang paling utama dibandingkan dengan surga yang lain. Surga ini mempunyai dua pintu dan dua daun pintu, satu daun pintu terbuat dari emas, dan yang satunya terbuat dari perak. Jarak setiap pintu adalah sebagaimana jarak antara bumi dan langit. Adapun bangunan yang ada didalamnya terbuat dari bata emas dan bata perak, tanahnya dari misik, debunya dari anbar, rumputnya dari za’faran, istana-istananya terbuat dari mutiara, punggungnya dari yaqut dan pintunya dari jauhar.

Didalam surga ini terdapat sungai yang namanya sungai Rahmat yaitu sungai yang mengalir keseluruh surga, kerikil-kerikilnya dari mutiara yang sangat putih, lebih putih dari embun dan lebih manis dari madu.

Didalam surga terdapat sungai yang bernama Sungai Kautsar yaitu sungai Nabi kita Muhammad Saw. pohon-poinnya terbuat dari intan dan yaqut. Didalam surga juga terdapat sungai Kafur, sungai Tasnim, sungai Salsabil, sungai Rahiqul Makhtum dan dibelakang sungai-sungai ini terdapat sungai-sungai lain yang tidak terhitung jumlahnya.

Diriwayat Nabi Saw. beliau bersabda: “Pada malam aku dijalankan (isra’) ke langit, telah diperlihatkan kepadaku seluruh surga, maka aku melihat empat sungai, yang pertama sungai dari air yang tidak berubah warnanya, kedua sungai dari susu yang tidak pernah berubah rasanya, dan ketiga sungai dari arak dan yang keempat sungai dari madu yang sangat bening.” Sebagaimana firman Allah Swt.:

“Yang didalamnya terdapat sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamer yang lezat rasanya bagi orang yang meminumnya dan sungai-sungai dari madu yang bersih dan jernih.” (Qs. muhammad: 15).

Maka aku tanyakan keada Malaikat Jibril as.: “Darimanakah datangnya sungai-sungai ini dan kemana mengalirnya? ” Maka Malaikat Jibril as. menjawab: “Sungai itu mengalir ke telaga kautsar dan aku tidak tau dari mana asalnya, maka tanyakanlah kepada Allah agar Dia memberi tau dan memperlihatkan kepadamu.” Maka berdoalah Nabi Muhammad kepada Allah Swt. Kemudian datanglah seorang malaikat kepada beliau dan memberi salam, seraya berkata:”Wahai Muhammad, pejamkanlah kedua matamu” Maka aku pejamkan mataku, lalu ia berkata:”Bukalah kedua matamu” maka aku buka kedua mataku, tiba-tiba aku berada dibawah pohon dan aku melihat kubah dari intan putih yang memiliki pintu-pintu dari yaqut hijau dan kunci-kuncinya dari emas merah. Andaikata semua makhluk yang ada didunia baik jin atau manusia berhenti diatas kubah itu, sungguh mereka hanya seperti burung yang hinggap diatas gunung. Maka aku melihat empat sungai itu mengalir dari kubah itu. Ketika aku ingin kembali malaikat tadi berkata kepadaku: “Kenapa engkau tidak masuk kedalam kubah itu?” aku menjawab:”Bagaimana aku bisa memasukinya, sedangkan pintu-pintunya tertutup.” Dia berkata:”Bukalah dia” Aku bertanya:”Bagaimana aku harus membukanya?” Lalu dia berkata:”Kuncinya berada ditanganmu” Aku berkata:”Apa kuncinya?” Dia menjawab:”Yaitu lafazh BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIM” maka terbukalah pintu itu lalu aku masuk kedalamnya. Maka aku melihat sungai-sungai itu mengalir dari empat tiang kubah. Ketika aku hendak keluar, maka malaikat itu berkata kepadaku:”Apakah engkau telah melihat dan mengetahuinya? ” Aku menjawab:”Ya” Malaikat itu berkata kepadaku: “Lihatlah sekali lagi.” Ketika aku melihatnya, maka tertulis diatas empat kubah tersebut lafazh BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIM Aku melihat sungai air itu keluar dari huruf Mim-nya lafazh BISMI, sungai susu keluar dari huruf Ha’-nya lafazh Allah, sungai arak (khamer) keluar dari Mim-nya lafazh RAHMAN, dan sungai madu keluar dari Mim-nya lafazh RAHIM. Maka aku baru mengerti bahwa asalnya sungai-sungai tersebut adalah dari lafazh Basmalah. Kemudian Allah Swt. berfirman: “Wahai Muhammad, barang siapa yang mengingat-Ku dengan nama ini dari golongan umatmu dengan hati tulus (ikhlas) lafazh BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIIM maka aku beri dia minum dari empat sungai ini.”

Kemudian Allah memberi minum kepada ahli-ahli surga itu dengan air surga pada hari sabtu, memberi minum dengan madu surga pada hari ahad, memberi minum dengan susu surga pada hari senin, dan memberi minum dengan arak pada hari selasa. Disaat mereka minum, mabuklah mereka lalu terbanglah ahli surga itu selama seribu tahun hingga mereka berhenti pada suatu gunung yang besar yang terbuat dari kasturi yang harum semerbak baunya dan sungai Salsabil mengalir dibawahnya. Maka minumlah mereka pada sungai itu tepat pada hari rabu.

Kemudian terbanglah mereka selama seribu tahun hingga berhenti pada suatu istana yang indah, didalamnya terdapat ranjang-ranjang yang tinggi, dan beberapa gelas yang sudah disediakan sebagaimana yang sudah diterangkan dalam Al-Quran. Maka duduklah setiap orang dari mereka diatas ranjang, lalu datanglah pada mereka minuman Zanzabil kemudian mereka meminumnya tepat pada hari kamis.

Setelah itu mereka dihujani oleh awan yang putih selama seribu tahun, sehingga mereka sampai ketempat duduknya orang yang benar, pada hari itu tepat pada hari jumat, mereka duduk diatas hidangan yang kekal abadi dan turunlah pada mereka minuman Rahiqul Makhtum, yang ditutupi dengan misik. Kemudian mereka membuka tutup tersebut dan mereka meminumnya.
Nabi Saw. bersabda: “Mereka itulah orang-orang yang melakukan kebaikan dan menjauhi perbuatan maksiat”

FASAL: Pepohonan Di Surga

Ka’ab ra.: Aku bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang pohon-pohonan di surga. Maka beliau menjawab: “Tidak pernah kering dahan-dahannya dan daun-daunnya tidak pernah berguguran dan tidak rusak buahnya. Sesungguhnya pohon yang paling besar di surga adalah pohon Thuba, yang akarnya terbuat dari intan, batangnya dari yaqut, dahannya dari zabarjud dan daun-daunnya dari sutra yang halus. Pohon ini memiliki 70.000 cabang, setiap cabang itu menyentuh Arasy dan lebih rendah-rendahnya cabang itu berada di langit dunia.”

Tidak ada didalam surga sebuah kamar, tidak ada sebuah kubah dan tidak ada bilik kecuali didalamnya terdapat cabang pohon itu, yang bisa mengayomi diatas surga. Pada pohon itu mengeluarkan buah-buahan menurut apa yang dikehendaki oleh hati. Bandingan dari pohon itu di dunia adalah matahari, asalnya matahari berada di langit tetapi sinarnya sampai kesegala tempat.

Ali ra. berkata: “Aku menyatakan dari beberapa hadits, sesungguhnya pohon-pohon di surga itu berasal dari perak, sedangkan daun-daunnya sebagian dari perak dan sebagian (yang lain) dari emas. Kalau sekiranya batang pohon itu dari perak, maka akar-akarnya dari emas. Pohon-pohon didunia akarnya di bumi dan cabang-cabangnya berada di udara, karena sesungguhnya dunia itu tempat yang fana (rusak). Akan tetapi pohon-pohonan yang terdapat di surga tidaklah demikian halnya, akarnya di udara dan cabang-cabangnya di bumi. Sebagaimana firman Allah Swt.:

“Buah-buahnya dekat. Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.” (Qs. Al-Haqqah: 23-24).

Dan debu-debu di surga itu dari misik, anbar dan kafur, dan sungai-sungainya terdiri dari susu, madu, arak dan air yang sangat jernih. Apabila angin bertiup menerpa dedaunan, maka bersentuhlah antara daun yang satu dengan daun yang lainnya hingga menimbulkan suara yang sangat indah (merdu), dan suara seindah itu belum pernah didengar.

Dengan sanad dari Ali ra. Sesungguhnya ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya didalam surga terdapat suatu pohon , yang dibagian atasnya keluar perhiasan dan pada bagian bawahnya keluar kuda yang memiliki sayap yang diberi pelana, yang dikendalikan, yang ditaburi dengan intan dan yaqut. Kuda tersebut tidak pernah mengeluarkan kotoran dan tidak pernah buang air kecil. Adapun yang menaiki kuda itu adalah para wali Allah Swt. dan kuda ini akan membawa terbang para wali Allah tersebut ke surga. Lalu berkatalah orang-orang yang berada dibawah mereka:”Wahai Tuhanku, lantaran apa hamba-hamba- Mu itu mencapai kemulian semcam itu?” Maka Allah Swt. berfirman kepada mereka: “Mereka itulah orang-orang yang mengerjakan shalat ketika kalian semua masih tidur, mereka melakukan puasa sedangkan kalian tidak, mereka berjihad membela agama Allah sedangkan kalian semua duduk disisi istri kalian, dan mereka bersedekah dengan harta mereka dijalan Allah, sedangkan kalian semua bakhil (kikir).”

Dari Abu Hurairah ra. beliau berkata: Sesungguhnya didalam surga itu terdapat sebuah pohon, orang yang menaiki bisa berjalan dibawah naungannya selama 100 tahun dan naungan itu tidak akan putus. Sebagaimana firman Allah Swt.:
“Dan naungan yang terbentang luas, dan air yang tercurah, dan buah-buahan yang banyak. Yang buah-buahnya tidak berhenti dan tidak terlarang mengambilnya.” (Qs. Al-Waqi’ah: 30-33).

Diibaratkan waktu didunia adalah waktu sebelum matahari terbit dan sudah terbenamnya matahari, sampai hilangnya mega dan gelap malam yang menutupi di dunia. Maka sesungguhnya waktu itu adalah naungan yang terbentang luas. Sebagaimana firman Allah Swt.:

“Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan bayang-bayang. “ (Qs. Al-Furqan: 45).

Maksudnya adalah waktu sebelum terbitnya matahari dan sesudah terbenamnya, sampai masuk pada kegelapan malam.
Diriwayatkan dari Nabi Saw. sesungguhnya beliau bersabda: “Apakah aku tidak pernah menceritakan kepadamu tentang waktu(saat), yaitu waktu yang serupa dengan waktu yang ada di surga. Dia adalah waktu dimana sebelum matahari terbit, bayang-bayangnya itu memanjang, rahmatnya saat itu merata dan berkahnya saat itu banyak.”

Referensi Lainnya : http://kembanganggrek2.blogspot.com/


Kisah Nyata: Interaksi Ikhwan Akhwat

Ini adalah sebuah kisah nyata, dan sebetulnya ana ingin menyampaikan sejak dulu…karena kadang kita terjebak dalam hal yang ragu2 dalam kehidupan ini…termasuk hubungan ikhwan dan akhwat…..
Nanti akan terlihat seseorang yang mengenal harakah islamiyah….seseorang yang mengenal tarbiyah….sangat beda dengan cerita yang ana sampaikan ini……
Ini adalah kisah nyata…insyaallah ana mendengarkan sendiri surat dari ikhwan tersebut yang dibacakan oleh ustad….
Karena ikhwan tersebut minta konsultasi ke ustad….

Ada seorang ikhwan yang menyukai akhwat…beliau memendamnya sangat lama…dan beliau hanya diam dan sebetulnya beliau ingin mengungkapkannya pada saat akhwat itu siap untuk dinikahi…akhirnya ikhwan itu menunggu….menunggu dan menunggu…..
Rasa seneng kepada akhwat itu semakin menggebu saat si-akhwat itu semakin dekat dengan beliau…..
Ikhwan itu belum mau mengatakannya….belum mau..walaupun ikhwan dengan akhwat itu sangatlah akrab seperti layaknya “saudara semuhrim” atau “suami istri”…sering saling
sms,sering jalan bareng,sering ngobrol bareng,sering ngasih tausyiah,sering ber-email secara pribadi…dan lain2 yang nggak layak ana sebutkan disini……

Waktu terus berjalan hingga…….
Tiba2 ada kabar yang mengejutkan ke ikhwan tersebut bahwa akhwat yg dekat dengan beliau baru saja menikah….
Ikhwan itu tidak terima apa yang baru beliau dengar….beliau nggak terima… Sangat sakit hati beliau….sangat sakit…..

Ikhwan itu berusaha melupakan seorang akhwat yg beliau sukai….yang sekarang milik orang lain….
Tapi sangat sulit sekali….rasa suka yang beliau pendam selama ini…akhirnya sia2….tapi beliau tetap memendam dan tetap selalu meingatnya…
Setelah selang beberapa tahun ikhwan dan akhwat itu tidak saling berhubungan lagi… Ikhwan itupun bisa sedikit-sedikit melupakan…tapi rasa sakit itu masih berbekas dihati…

Akhirnya suatu ketika khwan dan akhwat itu akhirnya ketemu lagi karena satu tempat bekerja…
Sejak saat itu timbulah ingin komunikasi lagi,akhirnya ikhwan dan akhwat itu saling komunikasi lagi…
Walaupun tidak langsung, hanya menggunakan email,sms,dll……
Karena nggak tahan si-akhwat menceritakan tentang keluarganya,kehidupan bersama suaminya yang kurang harmonis ke si-ikhwan…karena sudah menganggap ikhwan itu seperti “saudara semuhrim” atau “suami istri”

Apa…apaan…ini……maksudnya apa……
Naudzubillahi min dzalik
Begitu juga si-ikhwan karena nggak tahan beliau ungkapin perasaannya ke akhwat bahwa sebetulnya beliau menyukai akhwat itu sejak dulu masih lajang

Ini juga….apa-apaan……
Naudzubillahi min dzalik
Apa yang terjadi setelah hal itu…hancurlah sebuah rumah tangga…………..
Naudzubillahi min dzalik
Komunikasi boleh aja tapi jangan sampai terlalu melampaui batas…

Apa kata ustad setelah menerima surat itu…
“Jangan lakukan lagi berbuatan perbuatan ini…hentikan semua ini…jangan hancurkan keluarga ini….
Anda yang telah menghancurkan keluarga ini….jangan melakukan hubungan dengan akhwat itu lagi”
Ustad itu berteriak sangat keras kepada ikhwan itu….
allahu a’lam

Ada seorang ikhwah yg sering bilang ke ana……………
Bahwa hal2 seperti itu bukan 100% kesalahan ikhwannya dan bukan juga 100% kesalahan akhwatnya….

Dari kalimat diatas maka kita semua harus intropeksi diri dan jangan suka mencari2 kesalahan orang lain…
Mungkin kita yang salah…maka kita harus perbaiki bersama kesalahan yang kita lakukan dengan cara yang baik…

Marilah kita saling menasehati dengan cara yang terbaik…jikalau ikhwan yang melampaui batas kepada akhwat.. akhwatnya harus tegas…itu demi kebaikan juga…begitu juga sebaliknya…sesama ikhwan dan sesama akhwat juga harus ada yang saling mengingatkan…ingat tegas bukan berarti harus marah2…tidak ada cerita di quran dan hadits yang mengatakan menasehati harus dengan marah2……..
Karena kita tahu tidak ada manusia yang sempurna…..

===========
Ya Allah terimakasih Kau selamatkan aku
Permudahkan aku menyatakan cinta ini dengan cara yang syar’i…

Referensi Lainnya : http://kembanganggrek2.blogspot.com/

Menunggu dalam Penantian..^^

Seiring pertambahan usia yang ada pada seorang insan,maka semakin dituntutlah kedewasaannya. Memang tidak sedikit pula orang-orang yang memiliki usia dewasa, namun memiliki pemikiran masih anak-anak remaja, hal ini akan terlihat dari caranya dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan hidup. Benarlah kata seorang guru bahwa tua itu pasti, namun dewasa adalah pilihan..
Terinspirasi dari sahabat yang sedang galau dalam memilih dan menanti sang pujaan hati, maka tulisan ini aku buat untuk mereka. Sebelumnya syukron ya bagi sahabatku yang sudah menginspirasi, dan  bagi siapapun yang merasa saja..^^

Untukmu yang sedang dalam proses “menjaga” dan berharap tuk senantiasa dalam penjagaan-NYA, semoga Allah senantiasa meneguhkan dan memberikan kesiapan semuanya dalam menghadapi waktu yang tepat menurut-NYA, sehingga indah pada saatnya..^^

Saat komitmen terhujam dalam proses “menjaga” maka hal ini merupakan keputusan yang besar dan sungguh tidak mudah. Karena tantangan kedepannya, bukan lagi mengenai diri sendiri melainkan paradigma dilapangan, begitu  banyak yang menghalalkan pacaran dan disisi lain ada pula yang berkomitmen “menjaga” untuk tidak melakukannya. Memang hidup adalah pilihan…^^

Dan  benar, semakin beranjak usia dari remaja menuju dewasa, maka akan banyak hal baru yang ditemukan serta kompleksitas permasalahan yang dihadapi pun semakin beranekaragam. Disaat-saat seperti itu, maka sunatullahnya seorang insan membutuhkan sahabat sharing, dan hal ini sangat penting.  Mengapa? Karena selain manusia diciptakan sebagai makhluk individu, manusia pun diciptakan sebagai makhluk social yang membutuhkan interaksi dengan orang lain dan membutuhkan perhatian, pengertian serta kasihsayang sehingga terbentuklah individu yang lebih baik karena orang-orang tersayang yang selalu disampingnya. Bukankah Adam pun tak dapat hidup tanpa Hawa…^^

Ada kata-kata dari seorang guru kehidupanku, beliau berkata dalam bahasa sunda, jika hubungan dua insan dimulai dengan “bobogohan” (pacaran) maka berajak ke “ninikahan”(nikah) dan selanjutnya menghasilkan “aanakan”(anak yang dianggap mainan), beliau menyimpulkan bahwa semua alurnya dimulai dari “boongan” maka akan mudah untuk mengakhirinya serta menghasilkan anak yang seperti mainan dan kurang perhatian, sehingga tidak sedikit di masyarakat ini yang bercerai karena permulaannya dimulai dengan kebohongan.. wallahu a’lam

Kembali lagi dengan konteks “menjaga”, sungguh tidaklah mudah. Karena dengan “menjaga” ini, artinya banyak hal yang harus dipersiapkan diantaranya niat yang kuat, hati yang tulus,ilmu,harta dan cinta yang didasarkan pada sang  Maha Cinta,,,

“menjaga” dan “menunggu” memang bukanlah suatu kegiatan yang menyenangkan. Namun, jika disikapi dengan bijak,keduanya dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam “mempersiapkan”. Kata ustad salim.A fillah, Kerenkan Diri menunggu pujaan hati hingga Happy Ending full Barokah,,^^

“menjaga” dalam hening dan diam, Sehingga saat waktu itu tiba, siaplah semuanya…^^
Hingga suatu saat nanti teriringlah lafadz janji suci diantara keduanya, dan bersatulah mereka, berlabuh dan merangkai mimpi bersama, bagai sebuah kapal yang siap berlayar dengan semua perbekalan yang mencukupi yang siap menembus badai,angin serta ombak di lautan. Saling melengkapi dan melangkah bersama dengan segala kekurangan yang ada pada keduanya.  Bagai untaian nada-nada yang dihasilkan oleh gesekan  biola meskipun kedua permukaannya kasar namun setelah di satukan menghasilkan nada yang begitu indah.

Semangat mempersiapkan… dan sambut waktunya nanti dengan penjagaan dan kefitrahan cinta karena saling menjaga karena-NYA.. Barakallahu fiik!^_^

Teriring sebuah untaian lagu:
Bila yang tertulis oleh-NYA, engkau  yang terpilih untukku
Telah terbuka hati ini menyambut cintamu
Disini segalanya kan kita mulai mengukir buaia rindu yang tersimpan dulu tuk menjadi nyata dalam hidup bersama
Selamat datang di separuh nafasku..
Selamat datang.. dipertapaan hatiku..
Izinkan aku, tuk mencintaimu menjadi belahan didalam jiwaku..
Ya Allah, jadikanlah ia pengantin sejati didalam hidupku..izinkan aku..
Wahai yang dicinta telah kurela hadirmu temani relung hatiku, simpanlah jiwaku dalam doamu
nafasku dalam hidupmu kan ku jaga setiamu
Izinkan aku, tuk mencintaimu jadi belahan didalam jiwaku,,
Ya Allah,,Jadikanlah ia, pengantin sejati didalam hidupku,,izinkan aku..
Apapun adanya dirimu, kukan coba tetap setia
Begitu pula dirimu terimalah dengan apa adanya..
(Belahan Jiwa, Maidany)

Referensi Lainnya : http://kembanganggrek2.blogspot.com/

CINTA MEMANG SEBUAH RAHASIA

Cinta Memang sebuah rahasia,
jauh di dasar hati, dalam sebuah ruang privasi
YANG HANYA ALLOH SWT & DAN DIRI KITA YANG SUNGGUH-SUNGGUH MENGETAHUINYA......"!

dan
Bagaimanapun
Sepi akan selalu selamanya
Menjadi Musuh Jiwa Manusia
Tak akan pernah ada
Yang mau
Sendiri menyepi
Siapapun orangnya…

Dengan kemurahan Rabb kita
Maka diantara kita ada komunikasi
Ada interaksi
Lalu terasa lah kenyamanan jiwa
Kerinduan bersua dengannya
Inilah Cinta yang di hadirkan Alloh
Di langit Jiwamu……

Cinta hadir di indahnya Ukhuwah
di manisnya Persahabatan
dan akan terasa BarokahNya... Di sisi tuhanmu.

Lalu turunlah
Sakinah.........

lalu turunlah
mawaddah.....

lalu turunlah
RahmatNya....

dalam Tatapan Cinta Rabb kita

dan Pada Ibrahim Kita Belajar
Tentang cinta Tentang Kerinduan

"Tanyalah Pada Alloh, adakah kekasih yang tega mencabut nyawa kekasihNYa..."!! Seru Ibrahim kepada Malaikat Maut..bergegaslah Malaikat menghadap Alloh...Lalu Rabb kita berkata.....
" Katakan Kepada Ibrahim, adakah Kekasih yang enggan bersua dengan Kekasihnya?"
Mendengar itu seketika Ibrahim as, menjawab.....
" Kalau Begitu cabutlah Nyawaku sekarang juga......."!! Betapa cintanya Ke pada Allah..''.
Begitulah
CINTA MEMANG TAK HENDAK MENUNGGU.....

ketika cinta itu hadir
hanya Pernikahan Jalan untuk bersua kepada Kekasih hati kita...kekasih yang selama ini dirindukan......

Itu semua adalah sapaan
Yang membuat rindu jiwa kita
Yang membuat wajahnya selalu terbayang dimata kita
Yang membuat dunia menjadi ceria
Sapaan Cinta

Indahnya Cinta....ketika ia menyapa, menyejukan nurani, menghangatkan jiwa
Ketika engkau merasakan semua itu
Hanya menikah
Yang mampu mewadahi gejolak perasaanmu
karena
Menikah adalah Jalan Menumbuhkan Cinta
memekarkan Kasih sayang
dan memetik buah yang bernama
KEBAHAGIAAN..... Tamapa ada dosa di antara kalian.

Kerna sekuat bagaimana pon iman para Akhi Ahli ulama Sungguh tak ada bagi mereka yang dapat bisa jauh dan memungkiri bahwa SEORANG MUSLIMAH dalah anugrah yang di hadirkan di dunia untuk mereka para Akhi Allah...... yang Menjadi Penyejuk jiwa mereka,,, dan mereka yakin pada tuhannya dan dalam hati-nya Keindahan dan anugrah itu akan SUCI bila pada masanya nanti,,, Entah di dunia atau Di surga Firdaus Allah kelak...

Begitupun dengan Seorang MUslimah sekuat bagaimana pon iman para UkHTI Allah Sungguh tak ada bagi mereka yang dapat bisa jauh dan memungkiri bahwa SEORANG Ahki Allah Adalah anugrah yang di hadirkan di dunia untuk mereka.DAN PARA UKHTI Allah pon yakin Bahwa Keindahan dan anugrah itu akan SUCI bila pada masanya nanti,,, Entah di dunia atau Di surga Firdaus Allah kelak.


taK usAh BerSedih...''
Kerna.....>
Waktu dan jarak Yang Memisahkan Kita..''
AkAnTeTaPi.......^^ Perpisahan bukan Berarti kita Tak BerJumpa Kembali...'''
Bersabarlah untuk Menanti Pilihan Hatimu..''
Yang telah Allah Kirimkan Untukmu...

Akhwat dan ikhWan.....>
Yang sedang menanti “terkasih”
nanti-lah dengan sabar…
sungguh, Allah Maha Tau yang terbaik untuk dirimu
siapkan dirimu, hatimu..
sangat mudah bagiNya memberikan “terkasih” untukmu
ataupun tidak berharap
dan mintalah padaNya..
pemilik alam raya dan pencipta “terkasih”mu.

Referensi Lainnya : http://kembanganggrek2.blogspot.com/

KU PINTA KAU DALAM MIHRAB CINTAKU

Jika diriku mencintaimu kerana ketampananmu,
Jangan salahkan aku kalau aku beralih,
pada yang lebih tampan darimu.
... ...
Jika diriku mencintaimu kerana hartamu,
Jangan salahkan aku kalau aku meniggalkanmu,
bila hartamu mulai sirna pada pandanganku.

Jika aku mencintaimu kerana kedudukanmu,
Jangan salahkan aku kalau aku memilih,
yang lebih tinggi kedudukannya darimu.

Wahai akhi pujaan qalbu,
Kiranya diriku mencintaimu kerana Agamamu,
Janganlah risau serta ragu,
InsyaAllah aku tetap akan menantimu,
Kiranya ini yang terbaik pada pandangan Rabbku.

Memang ada yang lebih tampan darimu,
Memang ada yang lebih berharta darimu,
Memang ada yang lebih berkedudukan darimu,
Namun yakinlah semuanya pasti sirna ditelan waktu.

Bagiku engkau adalah ANUGRAH dari Penciptaku,
Kerana Dialah yang mencondongkan hati ini untuk menerimamu,
Dialah yang Maha Tahu serta menentukan segala sesuatu,
Setelah istikharah namun tetap engkau yang dipertemukan denganku.

Sabarlah menantikan waktu itu,
Kerana aku pun menanti sepertimu,

Walaupun banyak ujian menguji hatimu,
Namun yakinlah itu adalah untuk memantapkan hatimu,
Semua yang TERBAIK akan datang TEPAT WAKTU,
Sesuai KETENTUAN yang Maha Tahu,
InsyaAllah pasti akan dimudahkanNYA.

Ya Rabb...Pemilik CINTA sejati,
Jika cintaku Kau ciptakan untuk dia,
Tabahkan hatinya, Teguhkan imannya,
Tegarkan dan temanilah dia dalam penantiannya,

Jika hatiku Kau ciptakn untuk dia,
Penuhi hatinya dengan kasih-MU
Terangi langkahnya dengan cahaya-MU,
Kutitipkn cintaku pada-MU untuknya,
Resapkan rinduku pada rindunya,
Mekarkan cintaku bersama cintanya,
Satukanlah hidupku & hidupnya Dalam Cinta-Mu..♥

Selasa, 13 Desember 2011

Hidayah Allah Datang Melalui Marwan Anakku Yang Bisu dan Tuli (Kisah Nyata di Madinah)

Kadang apa yang tidak kita sukai, akan memberikan kebaikan yang banyak.
Semuanya sudah diatur oleh Allah Yang Maha Penyayang.
Demikian juga dengan memiliki anak yang cacat.
Secara zhohir kita tidak suka, tetapi bisa jadi akan mendatangkan cinta kita kepadanya
dan cinta kepada Allah yang sangat besar.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS Al Baqarah : 216)
Demikian juga yang di alami seorang penduduk Madinah dewasa ini yang berusia 37 tahun, telah menikah, dan mempunyai beberapa orang anak. Ia termasuk orang yang suka lalai, dan sering berbuat dosa besar, jarang menjalankan shalat, kecuali sewaktu-waktu saja, atau karena tidak enak dilihat orang lain. Penyebabnya, tidak lain karena ia bergaul akrab dengan orang-orang jahat dan para dukun. Tanpa ia sadari, syetan setia menemaninya dalam banyak kesempatan.
Ia bercerita mengisahkan tentang riwayat hidupnya: “Saya memiliki anak laki-laki berusia 7 tahun, bernama Marwan. Ia bisu dan tuli. Ia dididik ibunya, perempuan shalihah dan kuat imannya. Suatu hari setelah adzan maghrib saya berada di rumah bersama anak saya, Marwan. Saat saya sedang merencanakan di mana berkumpul bersama teman-teman nanti malam, tiba-tiba, saya dikejutkan oleh anak saya. Marwan mengajak saya bicara dengan bahasa isyarat yang artinya,
“Mengapa engkau tidak shalat wahai Abi?”
Kemudian ia menunjukkan tangannya ke atas, artinya ia mengatakan bahwa
“Allah yang di langit melihatmu”.
Terkadang, anak saya melihat saya sedang berbuat dosa, maka saya kagum kepadanya yangmenakut-nakuti saya dengan ancaman Allah. Anak saya lalu menangis di depan saya, maka saya berusaha untuk merangkulnya, tapi ia lari dariku. Tak berapa lama, ia pergi ke kamar mandi untuk berwudhu, meskipun belum sempurna wudhunya, tapi ia belajar dari ibunya yang juga hafal Al-Qur’an. Ia selalu menasihati saya tapi belum juga membawa faidah. Kemudian Marwan yang bisu dan tuli itu masuk lagi menemui saya dan memberi isyarat agar saya menunggu sebentar, lalu ia shalat maghrib di hadapan sayaSetelah selesai, ia bangkit dan mengambil mushaf Al-Qur’an, membukanya dengan cepat, dan menunjukkan jarinya ke sebuah ayat (yang artinya):
“Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa adzab dari Allah Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaithan” (QS. Maryam: 45).
Kemudian, ia menangis dengan kerasnya. Saya pun ikut menangis bersamanya. Anak saya ini yang mengusap air mata saya. Kemudian ia mencium kepala dan tangan saya, setelah itu berbicara kepadaku dengan bahasa isyarat yang artinya,
“Shalatlah wahai ayahku sebelum ayah ditanam dalam kubur dan sebelum datangnya adzab!”
“Demi Allah, saat itu saya merasakan suatu ketakutan yang luar biasa. Segera saya nyalakan semua lampu rumah. Anak saya Marwan mengikutiku dari ruangan satu ke ruangan lain sambil memperhatikan saya dengan aneh. Kemudian, ia berkata kepadaku (dengan bahasa isyarat),
“Tinggalkan urusan lampu, mari kita ke Masjid Besar (Masjid Nabawi).”
Saya katakan kepadanya, “Biar kita ke masjid dekat rumah saja.” Tetapi anak saya bersikeras meminta saya mengantarkannya ke Masjid Nabawi.
Akhirnya, saya mengalah kami berangkat ke Masjid Nabawi dalam keadaan takut. Dan Marwan selalu memandang saya.Kami masuk menuju Raudhah. Saat itu Raudhah penuh dengan manusia, tidak lama datang waktu iqamat untuk shalat isya’, saat itu imam masjid membaca firman Allah (yang artinya),
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syetan, maka sesungguhnya syetan itu menyuruh mengerjakan perbuatan keji dan munkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui” (QS An-Nuur: 21).
Saya tidak kuat menahan tangis. Marwan yang berada disampingku melihat aku menangis, ia ikut menangis pula. Saat shalat ia mengeluarkan tissue dari sakuku dan mengusap air matakudengannya. Selesai shalat, aku masih menangis dan ia terus mengusap air mataku. Sejam lamanya aku duduk, sampai anakku mengatakan kepadaku dengan bahasa isyarat, “Sudahlah wahai Abi!”Rupanya ia cemas karena kerasnya tangisanku. Saya katakan, “Kamu jangan cemas.” Akhirnya, kami pulang ke rumah. Malam itu begitu istimewa, karena aku merasa baru terlahir kembali ke dunia.
Istri dan anak-anakku menemui kami. Mereka juga menangis, padahal mereka tidak tahu apa yang terjadi.
Marwan berkata tadi Abi pergi shalat di Masjid Nabawi. Istriku senang mendapat berita tersebut dari Marwan yang merupakan buah dari didikannya yang baik.
Saya ceritakan kepadanya apa yang terjadi antara saya dengan Marwan. Saya katakan:
“Saya bertanya kepadamu dengan menyebut nama Allah, apakah kamu yang mengajarkannya untuk membuka mushaf Al-Qur’an dan menunjukkannya kepada saya?”
Dia bersumpah dengan nama Allah sebanyak tiga kali bahwa ia tidak mengajarinya. Kemudian ia berkata:
“Bersyukurlah kepada Allah atas hidayah ini.”
Malam itu adalah malam yang terindah dalam hidup sayaSekarang -alhamdulillah saya selalu shalat berjamaah di masjid dan telah meninggalkan teman-teman yang buruk semuanya. Saya merasakan manisnya iman dan merasakan kebahagiaan dalam hidup, suasana dalam rumah tangga harmonis penuh dengan cinta, dan kasih sayang.Khususnya kepada Marwan saya sangat cinta kepadanya karena telah berjasa menjadi penyebab saya mendapatkan hidayah Allah.”

Subhanallah…
Anak itu memantulkan cahaya Allah pada ayahnya….
Meski dia buta dan tuli, tapi masih punya mata dan hati.
Meski dia cacat tapi dia sempurna di hadapan Allah.
Mungkin itu pelajaran kita semua menilai orang itu jangan dari segi phisiknya saja.
Dan kita yang tidak cacat seharusnya lebih mudah menerima hidayah.
Atau kalau tidak mau memanfaatkan untuk mendapat hidayah…
Jangan-jangan hawa nafsu kita yang sudah dituhankan.
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telahmengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS Al Jatsiyah : 23)
Wallahu a’lam bi showab
Sumber cerita: Kembang Anggrek
http://kata2hikmah0fa.wordpress.com

Inilah Lelaki Idamanmu…saudariku..

Oleh Andi Abu Najwa dari ummuafif.com
Ada seorang akhwat yang mengatakan ingin mendapatkan suami yang punya penghasilan yang mapan, gagah, bermata teduh, tegap, tampan, senyumnya menawan, berhidung mancung dan… stop! Ukht, anti mau cari calon suami apa mau audisi bintang sinetron? Seorang pendamping yang ideal tidak bisa dinilai dari segi fisik atau materi saja, walau memang lelaki yang “ganteng” mampu menyejukkan pandangan mata, namun apa artinya kalau mata sejuk namun hati jadi biru lebam, walaupun suami yang kaya raya mampu membelikan segala yang engkau inginkan, tapi mampukah dia membelikan surga buatmu?

Jawabannya adalah “Tidak”! wahai saudariku, bukankah engkau menginginkan kebahagiaan yang tiada akhirnya, bukankah kasih sayang dan kelembutan yang selama ini menjadi impianmu, lelaki ideal memang susah dicari, namun bukan hanya “bentuk ideal” yang mampu membuatmu bahagia dan mengantarkanmu menuju rumah tangga yang sakinah, lelaki ideal memang sebuah harapan, namun kadang sebuah harapan yang terpenuhi tak mampu menghadirkan indahnya bahtera rumah tangga.

Sosok ideal seperti gambaran di atas memang telah menjadi patokan dan syarat di sebagian besar akhwat (kalau mau jujur), selain alasan agar sejuk dilihat dan tidak membosankan pandangan, alasan lain adalah agar tidak memalukan di hadapan umahat yang lain kelak! Duhai kasihan saudaraku para ikhwan yang tidak masuk kriteria ini, dan juga penulis mungkin tidak bisa memenuhi syarat-syarat ini, namun sebuah realita dan kenyataan yang ada di lapangan tetap sebuah fakta.

Kenyataan yang terjadi bahwa para ikhwan juga bukan pelanggan tempat-tempat fitness, seorang ikhwan pernah menyampaikan, “yaa akhi mau olah raga yang paling murah lari pagi dan jalan kaki banyak fitnah pandangan mata, kalau malam memang sepi tapi takut dikira maling atau teroris, atau malah kena paru-paru basah!” Ishbir ya akhi, tidak sampai sebegitunya juga kok, meski artikel ini penulis tujukan buat akhwat yang mau cari suami, buat ikhwan yang sedang mau cari belahan hidup juga bisa dipakai sebagai introspeksi apakah sudah memiliki kriteria berikut ini…

PERTAMA : Dia adalah seorang laki-laki yang taat beragama, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : “…Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu.” (Al Baqarah : 221)

Diharapkan sekali menjadi syarat nomor wahid untuk calon suami idaman (selain sudah muslim tentunya) adalah seorang laki-laki yang taat dan memiliki rasa takut yang tinggi kepada Allah Ta’ala, karena seorang calon suami seperti ini telah memenuhi syarat menjadi calon pemimpin rumah tangga, dengan ilmu agama yang ia miliki dan bekal keimanan-nya, sangat diharapkan calon suami seperti ini mampu mendidik anak dan istrinya kelak menjadi seorang yang shalih dan shalihah, menjadi hamba-hamba Allah Ta’ala yang taat pula, sehingga keharmonisan dan tersusunnya suatu rumah tangga yang sakinah bisa (insya Allah) diwujudkan.

KEDUA : Dia adalah orang yang hafal atau mengerti sebagian dari Al-Qur’an : Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menikahkan seseorang dengan (mahar) beberapa ayat Al-Qur’an yang ia hafal. [HR. Al-Bukhari (5029), dan Muslim (1425)]

Seorang calon suami yang banyak memiliki hafalan Al-Qur’an merupakan calon pasangan yang ideal bagi seorang wanita yang shalihah, seorang calon pemimpin rumah tangga yang ideal tentunya harus saggup mengajarkan Al-Qur’an kepada keluarganya kelak, menjaga hafalan dan bacaan Al-Qur’an anak dan istrinya, apalagi jika sang calon suami juga memahami tafsir ayat dari hafalan Al-Qur’annya, sehingga bisa menerapkan Al-Qur’an dalam kehidupan rumah tangga kesehariannya.

KETIGA : Dia adalah seorang laki-laki yang mampu memberikan ba-ah (nafkah) dengan kedua macamnya, yaitu kemampuan untuk berjima’, dan kemampuan untuk memberikan pembiayaan nikah juga biaya hidup.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan motivasi kepada para pemuda untuk menikah ketika mereka mampu memenuhi ba-ah, dan beliau juga berkata kepada Fathimah binti Qais : “Adapun Mu’awiyah adalah seorang laki-laki yang fakir.” [HR. Muslim (1480), An-Nasa-i (3245), dan Abu Dawud (2284)]

Walaupun kaya raya bukan merupakan syarat, namun tetap diharapkan seorang ikhwan memiliki pekerjaan yang mampu dia gunakan untuk biaya pernikahannya dan untuk menghidupi anak-istrinya, walaupun tiap tahun menjadi “kontraktor” (tukang kontrak rumah-red), sudah dianggap mampu untuk memulai kehidupan rumah tangga, selain mampu memberikan kebutuhan biologis pada istrinya (bukan laki-laki yang impoten), sangat diharapkan untuk sebuah rumah tangga tidak dimulai dengan kehidupan menumpang orang tua (Pondok Mertua Indah).

KEEMPAT : Dia adalah seorang laki-laki yang lemah lembut kepada wanita : Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda tentang Abu Jahm : “Adapun Abu Jahm adalah seorang laki-laki yang tidak pernah meletakkan tongkat dari pundaknya (suka memukul), maka nikahilah Usamah.” [HR. Muslim (1480), An-Nasa-i (3245), dan Abu Dawud (2284)]

Hendaklah ada pada diri seorang calon suami sifat lembut dan romantis, karena akan semakin menambah mekarnya bunga-bunga cinta dalam rumah tangga, sehingga seorang wanita bisa benar-benar merasakan ketentraman dalam hidup berumah tangga, seorang calon suami hendaknya seseorang yang mampu tampil bijak dan mampu menahan amarah ketika melihat suatu hal yang tidak mengenakkan hatinya pada istrinya. Seorang calon suami idaman adalah laki-laki yang mampu tampil sebagai pengayom dalam rumah tangganya, juga seorang laki-laki yang pandai menumbuhkan suasana tentram dalam rumah, tidak suka teriak-teriak dan tukang marah, seorang laki-laki yang santun tutur kata dan penuh kasing saying kepada istrinya kelak.

KELIMA : Istrinya senang melihatnya, sehingga di antara keduanya tidak ada kerenggangan dan si wanita tidak ingkar ketika hidup bersamanya. Dalam hal ini memang seorang laki-laki mampu menjaga penampilan dan badannya, sebagaimana seorang ikhwan mengharapkan calon istri yang semampai, begitu juga seorang akhwat ingin mendapatkan seorang calon suami yang memiliki postur ideal (tidak mesti harus tampan seperti bintang sinetron), maksudnya, hendaknya seorang ikhwan tidak membiasakan diri punya perut yang gemuk sehingga tidak enak dipandang, kemudian hendaknya ikhwan menjaga bau tubuhnya agar selalu tampil menyenangkan saat di hadapan istri, potongan rambut juga jangan acak-acakan seenaknya, mengenakan pakaian taqwa dengan baik dan rapi, maka akan menampilkan sosok berwibawa dan sejuk dilihat.

Perkara wajah (tampang) dalam hal ini relatif, tergantung dari pihak calon istri ketika nazhar (melihat calon istri / suami), namun kami nasihatkan kepada ukhti fillah agar tidak hanya melihat ketampanan fisik kemudian melupakan akhlak calon suami, dan ada sebuah tips kecil bagi akhwat yang kurang berkenan ketika nazhar “bahwa cinta bisa mudah tumbuh ketika calon suami memiliki akhlak yang mulia”

KEENAM : Dia adalah seorang laki-laki yang tidak mandul. Hal ini karena adanya riwayat yang menjelaskan tentang keutamaan keturunan kecuali jika ada beberapa faktor pendukung untuk menikah dengannya.

Buah pernikahan adalah dengan hadirnya anak-anak yang bisa menyejukkan pandangan dalam rumah tangga, sangat diharapkan akan muncul benih-benih yang shalih dan shalihah dalam sebuah pernikahan seorang muslim dengan muslimah, namun jika ada kondisi lain yang tidak memungkinkan menjadi pengecualian bagi seorang muslimah yang berbesar hati untuk menikah dengan seorang lelaki yang mandul namun memiliki akhlak yang mulia, namun hendaknya hal ini disampaikan pada saat proses khitbah agar diketahui kekurangan masing-masing pihak dan tidak ada unsur penipuan dalam pernikahan.

KETUJUH : Berasal dari lingkungan yang mulia, Al-Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan dari hadits Sa’id bin al-Musayyib rahimahullah, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Manusia seperti barang tambang emas dan perak. Yang terbaik dari mereka pada masa jahiliyah adalah yang terbaik pula pada masa Islam apabila mereka berilmu.”

Lingkungan kadang berpengaruh besar terhadap akhlak seseorang, maka pilihlah calon suami yang memiliki pergaulan yang syar’i, bukan laki-laki yang suka nongkrong di pinggir jalan atau laki-laki yang gemar berpesta serta suka bergaul dengan sembarang orang, namun carilah seorang calon suami yang gemar menghadiri ta’lim-ta’lim yang mengajarkan Islam yang syar’i dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga dari pergaulan yang mulia ini diharapkan mampu muncul sosok yang bersih dan jauh dari bisikan-bisian maksiyat.

Demikianlah wahai ukhti fillah, termasuk beberapa kriteria seorang lelaki idaman, dan penulis telah banyak bertemu dengan ikhwan-ikhwan yang memenuhi semua criteria di atas, jadi bagi ukhti fillah yang sudah siap menikah tidak susah untuk mendapatkan calon pendamping idaman, banyak ikhwan yang berakhlak mulia siap untuk mendampingimu, (afwan penulis tidak membuka kontak jodoh), namun rumah tangga yang sakinah tidak bisa dibeli dengan harta yang berlimpah atau dengan wajah bak bintang film laga, bisa jadi mereka yang bercelana “cingkrang” walau tidak kebanjiran, atau mereka yang berjenggot tipis walau tidak berhidung mancung seperti orang arab (maklum ras asia), atau juga mereka yang berbaju gamis dan suka menundukkan pandangan saat berjalan di tempat umum (walau kadang sering tidak sengaja nabrak rambu-rambu jalan) adalah calon suami yang engkau cari… Mau?

Senin, 12 Desember 2011

Sepuluh Karakter Suami Ideal

Oleh Cahyadi Takariawan disadur dari Dakwatuna.com
Menjadi suami ideal, bisakah? Sudah lebih dari dua puluh tahun menjadi suami, namun saya merasa bukanlah suami ideal. Saya hanya selalu berusaha untuk menjadi baik dan menjadi lebih baik lagi setiap hari. Mungkin tidak akan pernah sampai ke taraf ideal, karena memang tidak mudah untuk mencapainya.
Namun sebagai suami, saya tetap perlu memiliki peta yang jelas, seperti apa karakter ideal yang seharusnya saya miliki. Jika tidak memiliki peta ini, saya hanya berjalan melingkar-lingkar, menuruti ritme hidup dan rutinitas yang mekanistik. Setiap hari seperti itu saja, bersembunyi di balik ungkapan “terimalah aku apa adanya”, lalu kita merasa tidak perlu melakukan perbaikan dan perubahan apapun. Toh pasangan kita sudah menerima kita apa adanya.
Pada kesempatan kali ini saya ingin meringkaskan tulisan tentang karakter suami ideal, dari pertama hingga kesepuluh.
Karakter pertama, suami ideal memiliki kemampuan untuk senantiasa memiliki cinta dan kasih sayang dalam jiwanya. Mungkin istri kita terasa sangat menyebalkan, atau tampak sangat menjengkelkan dengan perkataan dan perbuatannya setiap hari. Para suami selalu memiliki catatan yang sama, bahwa istri mereka amat sangat cerewet. Terlalu banyak bicara, terlalu banyak komentar, dan suka memberi nasihat tanpa diminta. Namun sebagai suami, kita tidak layak mencaci maki, memarahi dan membenci istri.
Jika tidak suka dengan perkataan atau perbuatannya, nasihati, ingatkan dengan kelembutan, dengan cinta dan kasih sayang. Jika melihat ada kekurangan pada dirinya, ingatlah Tuhan telah mengutus kita untuk mendampinginya, agar bisa menutupi kelemahan dan melengkapi kekurangan yang dimilikinya. Bukan mendamprat, memaki, apalagi sampai berlaku kasar dan menyakiti hati, perasaan dan badan istri. Selalu sediakan cinta dan kasih sayang untuk istri Anda.
Karakter kedua, suami ideal mampu menundukkan egonya sehingga mudah mengalah, cepat mengakui kesalahan dan ada banyak maaf dalam dirinya. Apakah yang menghalangi seorang suami untuk meminta maaf kepada istrinya? Apakah yang menghalangi suami untuk bersikap mengalah ketika ada perselisihan pendapat dengan istri? Apakah yang menghalangi suami untuk mengakui kesalahan yang dilakukan? Apakah yang menghalangi suami untuk memaafkan kesalahan dan kekurangan istri?
Itulah yang disebut dengan ego. Ada ego lelaki, ada ego perempuan. Dalam suatu pertengkaran antara suami istri, ego masing-masing memuncak tinggi. Tidak ada yang mau mengalah, tidak ada yang mendahului meminta maaf, tidak ada yang mau mengakui kesalahan. Padahal, dalam setiap konflik dan pertengkaran suami istri, selalu ada andil kesalahan dari kedua belah pihak. Keduanya mesti memiliki andil dalam menciptakan suasana konflik. Maka, tundukkan selalu ego Anda, untuk istri Anda tercinta, demi keharmonisan rumah tangga.
Karakter ketiga, suami ideal mampu membahagiakan istri, dan merasa senang jika bisa membahagiakan istrinya. Jika kita mampu membahagiakan istri, maka akan sangat banyak yang bisa kita dapatkan darinya. Istri merasa nyaman dan tenang, sehingga kita sebagai suami akan lebih optimal dalam menunaikan berbagai macam kegiatan dalam kehidupan. Istri akan mendukung berbagai keinginan positif suami, selama ia merasa bahagia.
Yang perlu diketahui para suami, membahagiakan istri itu bukanlah bab bagaimana memberikan semua yang diinginkan istri, namun bab bagaimana menyentuh perasaan dan hatinya. Inilah hakikat yang lebih utama dan penting. Para suami sangat penting mengetahui jalan untuk menyentuh hati dan perasaan istri, sehingga lebih bisa menyelami hal-hal apakah yang membahagiakan jiwanya, apakah yang menenteramkan hatinya, apakah yang sangat diharapkannya.
Bahagiakan selalu istri Anda, dan lihatlah hasilnya, ia akan bersedia memberikan bantuan apapun yang Anda minta.
Karakter keempat, suami ideal selalu fokus melihat sisi kebaikan dan kelebihan istri, serta cepat melupakan kekurangan istri. Sesungguhnyalah setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Tidak ada manusia yang sempurna, dimana hanya memiliki kelebihan saja dan tidak memiliki kekurangan. Sebagaimana juga tidak ada manusia yang hanya memiliki kelemahan dan kekurangan saja, tanpa memiliki kebaikan dan kelebihan apapun.
Semenjak awal pernikahan, seharusnya sudah ada kesadaran yang tertanam dalam diri suami dan istri, bahwa pasangan hidupnya bukanlah malaikat, bukanlah manusia super yang terbebas dari kelemahan. Para suami hendaknya menyadari, istri yang dinikahi itu hanyalah perempuan biasa saja, yang memiliki banyak kelemahan dan kekurangan. Untuk itulah Tuhan mengutus Anda untuk melengkapi kekurangannya, untuk memperbaiki sisi kelemahannya.
Lupakan saja berbagai kekurangan dan kelemahannya, fokuslah melihat sisi kebaikan dan kelebihannya.
Karakter kelima, suami ideal memiliki peta kasih yang lengkap terhadap istrinya. Peta kasih yang terperinci tentang pasangan akan memberikan banyak sekali kemanfaatan. Di antara manfaatnya adalah menumbuhsuburkan cinta dan kasih sayang, karena adanya rasa saling percaya. Dengan mengenal secara mendalam tentang berbagai kondisi pasangan, maka yang muncul adalah suasana saling percaya, dan tidak ada dusta atau curiga di antara mereka. Tidak ada sesuatu yang muncul secara tiba-tiba, karena setiap bentuk perubahan sekecil apapun telah mereka ketahui bersama.
Cara yang paling sederhana untuk mengetahui detail perubahan dan perkembangan adalah dengan selalu mengobrol setiap saat, setiap waktu. Biasakan mengobrol, di setiap ada kesempatan, tanpa perlu membatasi atau menentukan tema-tema tertentu untuk diobrolkan. Dari A sampai Z, semua bisa diobrolkan oleh suami dan istri. Dengan cara mengobrol itulah berbagai hal bisa diketahui oleh pasangan. Suami menjadi mengerti pikiran istri, dan istri bisa mengerti pikiran suami.
Karakter keenam, suami ideal selalu mendekat kepada istri, bukan menjauh. Jika Anda tengah marah kepada istri, atau menyimpan kekesalan kepada istri, apa yang Anda lakukan? Semakin mendekat kepada istri, atau semakin menjauh? Jika pada kondisi seperti itu Anda menuruti emosi, melontarkan kata-kata yang menyakitkan, menampakkan mimik muka merah, apalagi sampai menyakiti fisik istri, artinya Anda menjauh.
Jika istri Anda tengah mengeluhkan sesuatu kepada Anda, bagaimanakah Anda merespon keluhannya? Jika Anda cepat mengkritik, bahkan cepat menyalahkan istri, itu pertanda Anda menjauh darinya. Anda tidak berusaha untuk mendekat dan menenteramkan hatinya, namun justru membuat garis pemisah yang semakin tajam antara Anda dengan istri Anda.
Sebagai suami, teruslah berusaha mendekat istri, jangan menjauh. Saat istri tampak emosional dan marah-marah, dekatilah, peluklah, bisikkan kalimat mesra di telinganya. Jangan diimbangi dengan kemarahan, emosi dan apalagi kekerasan serta kekasaran sikap. Mendekatlah terus kepada istri, dan jangan menjauh.
Karakter ketujuh, suami ideal memiliki keterampilan praktis kerumahtanggaan. Suami bukan hanya bekerja mencari nafkah untuk menghidupi anak dan istri, sehingga setelah di rumah merasa menjadi manusia bebas yang tidak memiliki tugas dan tanggung jawab apapun untuk dikerjakan. Sesampai di rumah langsung istirahat, bersantai atau tidur karena merasa sudah lelah dalam menjalankan kewajiban mencari nafkah. Seakan-akan semua pekerjaan praktis kerumahtanggaan dengan sendirinya menjadi kewajiban istri.
Sesungguhnyalah pengerjaan kegiatan praktis kerumahtanggaan itu sangat fleksibel, tidak ada ketentuan baku tentangnya. Maka, lakukan musyawarah di rumah untuk membagi peran antara suami, istri, anak-anak, dan pembantu (jika memiliki pembantu rumah tangga). Lebih khusus lagi yang harus disepakati adalah peran suami dan istri di dalam rumah, agar tidak menimbulkan perasaan ketidakadilan.
Bagilah peran secara berkeadilan, melalui proses musyawarah yang penuh suasana kasih sayang, bukan pemaksaan kehendak atau intimidasi. Semua untuk menjaga cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga.
Karakter kedelapan, suami ideal memberikan kesempatan dan dorongan kepada istri untuk maju, berkembang dan berprestasi. Tidak layak bagi suami untuk menghambat kemajuan dan perkembangan potensi istri. Pernikahan bukanlah lembaga untuk mensterilkan berbagai potensi dan prestasi salah satu pihak. Justru dengan pernikahan itu akan semakin mengoptimalkan berbagai potensi kebaikan dari suami dan istri.
Definisikan format prestasi, dan sepakati bersama dalam keluarga. Setelah ada kesepakatan, maka dukung dan doronglah istri untuk berprestasi. Rayakanlah setiap keberhasilan dan capaian prestasi suami dan istri, dalam suasana kehangatan cinta dan kasih sayang. Apabila suami mencapai peningkatan prestasi, itu karena dukungan dan dorongan istri serta anak-anak. Apabila istri mencapai puncak prestasi, itu karena dukungan dan dorongan suami serta anak-anak. Semua pihak merasa gembira, berbangga dan mampu merayakannya.
Karakter kesembilan, suami ideal selalu tampak “young and fresh” di hadapan istri. Banyak suami yang menuntut istri dalam bentuk yang perfect, seperti harus selalu wangi, segar, harum, berdandan menarik, berpenampilan menyenangkan, dan lain sebagainya. Namun dirinya sendiri tampak tidak memperhatikan penampilan saat di rumah. Bau keringat yang menyengat, penampilan yang apa adanya, tidak menampakkan kerapian dan keserasian dalam berpakaian, menjadi sesuatu yang khas saat di rumah.
Tidak layak semua tenaga, pikiran dan perhatian Anda habiskan di kantor dan di tempat berkegiatan di luar rumah. Sementara Anda pulang dengan membawa tenaga sisa, pikiran sisa, hati sisa, dan perhatian sisa. Cinta dan kasih sayang seperti apa yang Anda harapkan tumbuh berkembang di dalam kehidupan keluarga apabila semua dibangun di atas sisa-sisa?
Jangan bawa beban masalah dari luar rumah masuk ke dalam rumah Anda. Sebanyak apapun rasa lelah Anda dari melaksanakan aktivitas seharian, pulanglah ke rumah dalam kondisi segar dan bergairah menemui istri serta anak-anak.
Karakter kesepuluh, suami ideal selalu memperbarui motivasi dan menguatkan kembali makna ikatan dengan istri. Menikah, awalnya adalah sebuah akad, atau ikatan. Prosesi nikah yang sakral itu hakikatnya adalah sebuah ikrar dan perjanjian agung atas nama Tuhan, diresmikan oleh negara, disaksikan oleh orang tua, keluarga, kerabat, sahabat, tetangga dan sanak saudara. Sedemikian sakral prosesi pernikahan, tampak dari banyaknya pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Motivasi menikah adalah ibadah, bagian dari pelaksanaan aturan Ketuhanan, yang kemudian secara teknis administrasi diatur oleh negara. Sejak awal, motivasi ini telah diwujudkan dan dikokohkan dalam sebentuk ucapan atau ikrar, saat melaksanakan akad nikah di depan petugas pernikahan. Dalam perjalanan kehidupan berumah tangga, ikatan ini bisa mengendur dan melemah, maka harus selalu disegarkan dan dikuatkan.
Demikianlah ringkasan keterangan sepuluh karakter suami ideal. Semoga ada manfaatnya untuk membawa kita menuju kondisi yang lebih baik.