Hidup di dunia adalah ujian, Allah swt berfirman: “Dialah yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu
yang lebih baik amalnya. Dan Dia lebih perkasa lagi Maha Pengampun”
(QS. Al- Mulk/67:2). Maka peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia ini
adakalanya terasa manis, atau sebaliknya ada yang terasa pahit. Ada
kejadian-kejadiannya yang tampak indah dan menyenangkan, atau sebaliknya
ada yang tampak jelek dan menakutkan.
Semua yang manis, indah dan menyenangkan, itulah mungkin yang kita
sebut kenikmatan dan karunia. Adapun semua yang pahit, jelek dan
menakutkan dari peristiwa yang menimpah kita, itulah mungkin yang kita
sebut musibah.
Yang perlu kita bangun dalam diri kita adalah bahwa dibalik peristiwa
itu ada hikmah, baik yang dinilai sebagai keburukan atau kebaikan,
bukankah Allah mengatakan dalam Al-Qur’an bahwasannya: “Dialah yang
membuat segala sesuatu dengan sebaik-baiknya” (QS. Al-sajdah/32:7).
Prof. M. Quraiys Shihab mengatakan: “Segala yang diciptakan oleh
Allah semuanya adalah baik. Keburukan adalah akibat keterbatasan
pandangan. Ia sebenarnya tidak buruk, tetapi nalar manusia mengiranya
demikian. Keterbatasan pandangan pada objek tersebut menjadikan si
pemandang melihatnya buruk. Tetapi jika wajah dipandang secara
menyeluruh, maka titik hitam tersebut justru menjadi unsur
kecantikannya.
Karena itulah, maka Allah mengingatkan bahwa: “Boleh jadi engkau
tidak senang kepada sesuatu, padahal dia itu baik untuk kamu, dan boleh
jadi juga engkau menyenangi sesuatu padahal itu buruk untuk kamu, Allah
mengatahui dan kamu tidak mengetahui” (QS. Al-Baqarah/2:216). (Jurnal
Studi Al-Qur’an, Januari 2006).
Musibah dan Bala’ (ujian) Pasti Datang.
“Dan aku pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah
kabar gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah/2:155).
Itulah beberapa musibah atau bala’ yang dapat menimpah semua orang.
Baik disebabkan karena ulah jahat manusia atau memang sudah kehendak
Allah swt, untuk menjelaskan bahwa kehidupan ini adalah ujian. “Tak ada
sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah”
(QS.Al- Taghaabun/64:11).
Musibah pada dasarnya didatangkan Allah karena ulah atau kesalahan
manusia. Sedangkan bala’ tidak mesti demikian, dan bahwa tujuan bala’
adalah peningkatan derajat seseorang di hadapan Allah SWT.
Maka kita dapat mendengar, melihat, bahkan mungkin merasakannya
sendiri adanya musibah atau bala’. Orang yang tinggal di daerah dataran
tinggi, dengan mudah terkena musibah longsor. Yang tinggal di daerah
dataran rendah, dengan mudah tersapu musibah banjir. Dan yang merasa
aman, karena ia tinggal di daerah yang dipandang aman, jauh dari longsor
ataupun banjir, kalau waktunya sudah tiba, musibah pasti datang
kepadanya, atau justru ia yang mendatangi musibah.
Musibah itu bisa berupa kebakaran, kecelakaan, sakit, kematian dan
yang lainnya. Dan cukuplah sebagai pelajaran yang tak terlupakan
sekaligus peringatan bagi kita semua, ketika Allah swt menunjukkan
kembali sedikit keagungan dan kebesaran- Nya, dengan tsunami yang
terjadi di Jepang yang mengakibatkan banyak korban jiwa. Sungguh
merupakan peristiwa yang sangat luar biasa serta menimbulkan dampak yang
amat besar.
Musibah, bala’ & Sikap seorang Muslim
Karena ujian dan musibah merupakan sebuah kepastian, maka tak seorangpun
yang luput darinya. Semakin tinggi kedudukan seseorang, semakin berat
pula ujiannya. Karena itu, Rasulullah saw pernah mengajarkan jurus jitu
kepada umat Islam dalam menjalani ujian hidup ini, terutama untuk
menghadapi musibahnya, sekaligus sebagai pujian bagi seorang mukmin yang
telah berhasil mendapatkan manisnya keimanan.
Rasulullah saw mengatakan: “Orang mukmin itu memiliki keunikan,
sehingga suluruh urusannya menjadi baik untuknya, dan keunikan ini tidak
dimiliki oleh siapapun kecuali oleh orang yang mukmin. Yaitu; apabila
ia mendapatkan kenikmatan, ia pandai bersyukur, hal ini baik baginya,
dan apabila ia mendapatkan musibah, ia tegar bersabar, hal ini juga baik
baginya” (HR. Muslim, riwayat dari sahabat Abu Yahya Shuhaib bin Sinan
ra).
Bahkan di dalam hadits qudsiy, Rasulullah menerangkan, bahwa Allah
berfirman: “Tidak ada balasan bagi hamba-Ku yang mukmin dari penduduk
dunia, ketika Aku mengambil kesenagannya lalu ia merelakannya, kecuali
surga” (HR. Bukhari, riwayat dari Abu Hurairah ra).
Sehingga seorang muslim dengan keimanan yang ia miliki dapat melihat
ujian atau bala’ sebagai hal yang menyenangkan. Allah berfirman:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Aku akan mengujimu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai fitnah. Dan hanya kepada Akulah kamu
dikembalikan” (QS. Al-Anbiya/21:35). Nabi Sulaiman as, misalnya, yang
diberi aneka kuasa dan kenikmatan, menyadari fungsi nikmat sebagai ujian
sehingga beliau berkata sebagimana diabadikan Al-Qur’an: “Ini termasuk
karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari
(akan nikmatnya)?” (QS. Al-Naml/27:40).
Maka cukuplah sebagai solusi terapi mental yang paling manjur bagi
orang-orang yang beriman ketika musibah dunia menguncangnya, pesan Allah
berikut ini: “… Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang
sabar. Yaitu, orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
berkata:”Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un” (sesungguhnya kami milik
Allah, dan kepada-Nya kami kembali). Mereka itulah orang memperoleh
ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang
mendapat petunjuk” (QS. Al-Baqarah/2:155-157).
Dengan ingat dan sadar, dari mana kita berasal, untuk apa kita hidup
dan kemana kita akan kembali? seseorang akan mendapatkan kembali
kekuatan dan staminanya untuk terus bertahan dan melanjutkan sisa
perjalanan hidupnya untuk menjadi lebih baik. Sementara ajaran idiologi
selain Islam tidak sanggup menyelamatkan pemeluknya dari keterpurukan
moral dan mental bahkan bunuh diri, di saat peristiwa dunia
menghimpitnya dan musibah mengguncang kehidupannya. Maha Suci Engkau ya
Allah, yang seluruh penghuni langit dan bumi selalu bertasbih kepada-Mu.
Musibah Adalah Ujian
Musibah ini diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman untuk
menguji keimanan mereka, agar di ketahui siapa di antara mereka yang
imannya benar-benar mutiara dan yang imannya hanya sekedar beling
pecahan kaca.
Allah berfirman: ”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan
saja mengatakan “kami telah beriman” sedang mereka tidak diuji lagi? Dan
sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta” (QS. )
Maka musibah ini bertujuan untuk menempa manusia beriman, agar tidak
berputus asa akibat jatuhnya musibah, walau hal tersebut terjadi karena
kesalahan sendiri. Sebab boleh jadi ada kesalahan yang tidak disengaja
atau karena kelengahan. Dalam Al-Qur’an Allah SWT menjelaskan: “Tidak
suatu musibah pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudh) sebelum Aku
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
(Aku jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita
terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu
gembira terhadap apa yang diberikan kepadamu. Dan Allah tidak menyukai
setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Al-Hadid/57:22)
Musibah adalah peringatan & peghapus dosa
Musibah ini diberikan kepada orang-orang mukmin yang telah melakukan
dosa dan berhak untuk disiksa, lalu Allah ingin menghapus dosa-dosanya
dengan musibah ini agar selamat dari siksa-Nya. “dan musibah apapun yang
menimpa kamu, maka ia disebabkan oleh perbuatan tangan kamu sendiri,
dan Allah mema’afkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS.
Al-Syura/42:30).
“Tak satupun musibah yang menimpah orang mukmin, seperti sakit, rasa
lelah, duka, cemas dan kesedihan sampai duri yang menusuknya, kecuali
dosa-dosanya akan dihapus dengannya” (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan
ahmad. Riwayat dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah ra).
Di ayat yang lain Allah berfirman: “Nikmat apa saja yang kamu peroleh
adalah dari Allah, dan apa saja yang menimpamu, maka dari (keselahan)
dirimu sendiri” (QS. Al-Nisa’/4:79).
Musibah adalah adzab
Musibah ini datang sebagai tanda murka Allah kepada orang-orang
pelaku dosa dan jauh dari keimanan dan taqwa. “Jikalau sekiranya
penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa. Pastilah Aku akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat-Ku) itu, maka Aku siksa mereka disebabkan
perbuatannya.
Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan
siksaan-Ku di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Maka apakah
penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan-Ku di
waktu pagi hari ketika mereka sedang bermain?
Maka apakah mereka merasa aman dari Adzab Allah (yang tidak
terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang
yang merugi. (QS. Al-A’rof/7:96-99).
Menghadapi musibah ini, masyarakat pelaku kejahatan dan dosa harus
segera kembali kepada ajaran Allah dan syari’at-Nya, dengan bertaubat
secara serius dan istighfar sebanyak-banyaknya.
sumber http://www.almanar.co.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar