ukhuwah

ukhuwah

Senin, 12 Desember 2011

Mengapa Aku Diuji

Oleh Silvani dari eramuslim.com
Sebuah kisah nyata, seperti dituturkan seorang Bunda kepada penulis, semoga kita bisa mengambil hikmahnya…
Kebahagiaan meliputi hati Ibu Rahma (bukan nama sebenarnya). Telah lahir buah hatinya yang didamba. Ditatapnya lembut, dibelainya Bayi mungil dalam pelukan, tak ingin ia lepas, walau hanya sekejap…
Hari-hari sebagai Ibu dijalaninya penuh suka cita. Kasih sayang penuh tercurah untuk sang buah hati… Sang Bayi tumbuh lucu dan menggemaskan. Menginjak usia 11 bulan, bahkan ia sudah pandai berjalan. Bukan main senangnya hati Sang Bunda.
Suatu hari Anaknya mengalami demam tinggi. Ibu Rahma segera membawanya ke Dokter. Namun setelah dua hari diberi obat, demamnya tak kunjung reda, Ibu Rahma memutuskan membawa Anaknya ke Rumah Sakit terdekat.
Sesampainya di Rumah sakit, pihak Rumah sakit menyarankan agar anaknya diopname. Ibu Rahma diminta mengurus administrasi terlebih dahulu, membayar biaya perawatan. Proses administrasi cukup lama, sementara Anaknya masih belum ditangani oleh Dokter karena menunggu selesainya pembayaran administrasi.
Urusan administrasi selesai, Dokter datang menangani anaknya. Ternyata Anak Ibu Rahma telah menghembuskan nafas terakhir… “Anak Ibu tak tertolong lagi…” demikian penjelasan Dokter kepada Ibu Rahma.
Ibu Rahma menjerit pilu. Hatinya pedih tiada terperi. Rasa penyesalan berkecamuk di dada. Ia merasa dirinyalah penyebab kematian Sang Anak. Ia sangat menyesal telah membawa ke Rumah Sakit itu, bukan ke Dokter langganannya. “Akulah yang membunuh anakku, akulah yang membunuh Anakku!” Kalimat ini terus menggema dipikirannya.
Duka Sang Bunda teramat dalam. Jiwanya terguncang hebat. Semangat hidupnya pun lenyap. Bahkan ia tak ingat lagi siapa dirinya. Setiap hari ia menyalahkan diri sendiri. Ia menjadi sangat sensitif bila mendengar tangis Bayi. Apabila melihat Anak kecil, Ibu Rahma segera berlari merebut Anak kecil itu untuk dipeluknya. Suaminya sangat prihatin dengan keadaannya. Berbagai nasehat diberikannya untuk Sang Istri tercinta, Ustadz pun rutin didatangkan untuk menasihati Ibu Rahma, namun belum jua membuahkan hasil.
Dua bulan berlalu sudah… suatu hari Ibu Rahma mendengar suara tangisan Bayi di depan rumahnya. Mendengar suara tangis Bayi, ia segera lari menghampiri. Dilihatnya seorang Ibu muda membawa Bayi dalam gendongan. Si Bayi yang sedang menangis diambil oleh Ibu Rahma, lalu disusui. Tangis Si Bayi berhenti. Menurut Ibu Si Bayi, ia sedang dalam perjalanan menunggu kendaraan umum. Karena kasihan, Ibu Rahma menawarkan kepada Ibu muda itu untuk beristirahat di rumahnya. “Menginap saja di rumah saya,” ajaknya. Si Ibu pun setuju.
Keesokan pagi Ibu Rahma mendapati Si Ibu muda telah pergi meninggalkan rumahnya, pergi meninggalkan sang Bayi di rumahnya! Kegembiraan menyeruak di dada, air mata membasahi pipinya, Allah telah memberinya seorang Bayi sebagi pengganti Anaknya…
Beberapa waktu kemudian kabar gembira kembali menghampirinya, Ibu Rahma dinyatakan positif hamil. Rasa syukur dipanjatkan Ibu Rahma kepada Allah, segala kepedihan telah sirna, berganti dengan kebahagiaan tak terhingga…
***
Anak, harta terindah kita. Keceriaan Anak adalah kebahagiaan Bunda. Kesedihan Anak adalah duka bagi Bunda. Kehilangan Anak merupakan ujian yang sangat berat, duka nestapa bagi Bunda. Betapa besar kasih sayang Ibu kepada Anaknya, tapi Subhanallah… ternyata kasih sayang Allah kepada Hamba-Nya jauh lebih besar, melebihi kasih sayang Ibu kepada Anaknya.
Sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Selalu ada hikmah tersimpan di balik setiap ujian-Nya. Ujian diberikan Allah kepada hamba-Nya tiada lain sebagai pengugur dosa, sebagai peningkat derajat di sisi Allah, sebagai penguat iman kita. “Ingatlah Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al Baqarah [2] : 286)
Sikap terbaik seorang Mukmin dalam menghadapi ujian adalah dengan bersabar dan ridha dengan segala ketetapan-Nya. Dalam hadist Qudsi, Allah SWT berfirman:
“Wahai anak Adam! Apabila engkau terus bersabar (bila hilangnya sesuatu dari dirimu, dan engkau mengharapkan pahala dari-Ku, maka Aku tidak rela membalasmu dengan balasan yang lebih rendah dari Surga.”
Rasulullah Saw bersabda, ”Sungguh menakjubkan perkaranya orang Mukmin. Karena semua urusan orang Mukmin itu penuh kebaikan. Hal ini tidak akan terjadi pada orang lain, kecuali orang Mukmin saja. Jiak ia mendapat kesenangan ia bersyukur, maka hal itu menjadi kebaikan baginya. Dan apabila ditimpa kesulitan, ia bersabar, maka hal itu pun menjadi kebaikan baginya.” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a Rasulullah saw bersabda, ”Orang Mukmin, laki-laki atau perempuan, akan senantiasa diuji oleh Allah, dengan ujian akan dirinya, Anaknya, atau hartanya sehingga dia menghadap Allah SWT tanpa membawa dosa sedikit pun.” (HR. Imam Tirmidzi)
Semoga kita semua diberikan kesabaran tiada bertepi dalam menjalani ujian yang kerap menyapa, sehingga saat kelak kita mengahadap-Nya, diri kita telah dibersihkan dari segala dosa, dan dengan rahmat-Nya kita dapat menginjakkan kaki di surga-Nya… Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar